News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Suhu di Lereng Gunung Agung Makin Panas, Pengungsi Bertambah

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ratusan pengungsi menempati GOR Swecapura,Desa Gelgel, Klungkung, Kamis (21/9/2017). (Tribun Bali/Rizal Fanany)

TRIBUNNEWS.COM, AMLAPURA - Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mengatakan, jumlah penduduk yang ada di Kawasan Rawan Bencana 3 (KRB 3) berjumlah 49.485 jiwa yang berasal dari 6 desa di Kabupaten Karangasem, Bali.

Desa-desa itu adalah Jungutan Kecamatan Bebandem, Desa Buana Giri Kecamatan Bebandem, Desa Sebudi Kecamatan Selat, Desa Besakih Kecamatan Rendang, Desa Dukuh Kecamatan Kubu, dan Desa Ban Kecamatan Kubu.

Sedangkan di Kecamatan Klungkung, warga lereng Gunung yang mengungsi berasal dari Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Klungkung.

Total sampai sore kemarin terdapat 404 pengungsi di Klungkung, yang sebagian terbesar ditampung di Pos Pengungsian GOR Swecapura Gelgel.

Gunung Agung saat diabadikan dari Pura Besakih,Karangasem,Jumat (22/9/2017). (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Di Karangasem, sampai kemarin sore jumlah pengungsi yang ditampung di sejumlah tempat di sana sebanyak 3.819 jiwa.

Di Tejakula (Kabupaten Buleleng), jumlah pengungsi dari Kubu dan Ban (Karangasem) yang ditampung sebanyak 527 jiwa.

Berdasarkan data-data yang diperoleh Tribun Bali, total jumlah pengungsi Gunung Agung hingga kemarin sore sebanyak 4.750 jiwa.

Pendataan pengungsi, kata Sutopo, terus dilakukan dan jumlah mereka dipastikan bergerak naik.

“Meskipun Bupati Karangasem belum memerintahkan secara resmi mengungsi, namun pengungsian banyak dilakukan secara mandiri oleh warga,” ujar Sutopo.

Dikatakan oleh Sutopo, sebagian besar warga mengungsi karena pengalaman masa lalu saat Gunung Agung meletus besar tahun 1963.

Tanda-tanda yang mereka rasakan saat ini, yaitu gempa vulkanik yang sering terjadi.

Selain itu suhu makin terasa panas di lereng gunung bahkan pada malam hari.

Mirip sekali dengan kejadian sebelum Gunung Agung meletus tahun 1963.

Sutopo mengakui, tidak mudah menangani pengungsi apalagi pengungsi dari erupsi gunung api yang jumlahnya besar.

Serta tidak diketahui pasti sampai kapan harus mengungsi karena sangat tergantung dari waktu letusannya.

Untuk saat ini, kata dia, banyak tenda pengungsian didirikan.

Walaupun begitu, menurut warga, mengungsi di banjar atau balai desa lebih nyaman daripada di tenda-tenda.

Juga lebih nyaman mengungsi di rumah kerabat yang berada di wilayah aman. (A.A. Gde Putu Wahyura)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini