News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Erupsi Gunung Agung

Peristiwa Aneh, Ribuan Burung Ini Mati di Tengah Aktivitas Gunung Agung yang Berstatus Awas

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ribuan burung pipit mati secara mendadak di belakang Kantor Dinas PUPR Karangasem, Bali, Senin (25/9/2017). TRIBUN BALI/SAIFUL ROHIM

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Ribuan burung pipit mati mendadak di belakang Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Karangasem, Jalan Nenas, Banjar Kecicang, Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Senin (25/9/2017).

Bangkainya berserakan di bawah pohon.

Burung yang telah mati kondisinya basah dan sebagian bulu rontok.

Beberapa burung yang bertahan hidup tampak kedinginan.

Seperti diketahui, wilayah tersebut kemarin diguyur hujan selama enam jam lebih.

Burung mati kali pertama ditemukan tukang kebun PUPR Karangasem, Amien Basri (54) sekitar pukul 05.30 Wita.

"Setiap malam burung preet (pipit) tidur di atas pohon. Aneh, burung tiba-tiba mati," kata Amin Basri saat ditemui Tribun Bali di lokasi, kemarin.

Pria asal Desa Belong, Kecamatan/Kabupaten Karangasem belum bisa memastikan penyebab kematian ribuan burung pipit tersebut.

"Siang hari cuacanya panas, malam hari mendadak hujan sampai pukul 04.00 Wita. Mungkin disebabkan karena perubahan cuaca," kata Basri.

Gambaran puncak Gunung Agung berdasarkan citra satelit earthexplorer. (earthexplorer.usgs.gov)

"Aneh peristiwa ini. Mengapa kasus burung mati hanya terjadi di Kantor PUPR. Mungkin burung kena racun atau flu burung. Kalau ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Agung yang naik ke status awas, mungkin banyak burung mati di daerah lain," kata Tirta.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Karangasem, I Wayan Supandi belum berani memastikan penyebab kematian ribuan burung.

Petugas bagian peternakan saat ini masih melakukan uji lab terkait penyebab kematian ribuan burung di Balai Besar Veteriner (BBV) Kota Denpasar.

"Kalau dilihat secara kasat mata, diagnosa sementara karena perubahan cuaca sekitar Kota Amlapura. Dari panas ke hujan, dan sebaliknya. Apakah ada hubungannya dengan aktivitas Gunung Agung? Tunggu. Mungkin malam nanti akan keluar hasil laboratorium. Sampel sudah dibawa ke balai," kata Supandi.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani belum bisa memastikan. Dia baru mengetahui informasi tersebut.

"Kami belum tahu, apakah itu terkait atau tidak. Kalau gas-gas vulkanik itu masih jauh. Kejadian itu ada di kota dan radiusnya jauh dari Gunung Agung," ujarnya.

Ditanya apakah ada zat atau gas yang mengandung racun dalam magma.

Pihaknya menyatakan, gas beracun memang ada tetapi masih ada di seputaran atas Gunung Agung.

Petugas Basarnas mengevakuasi warga menuju pos penampungan sementara desa Rendang, Sabtu (23/9/2017). Pusat vulkanologi dan mitigasi bencana Geologis (PVMBG) menaikan status Gunung Agung dari level III (siaga) menjadi level IV (awas) sejak Jumat (22/9/2017) malam pukul 20.30 Wita. Tribun Bali/Rizal Fanany (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Lima Desa Tak Perlu Mengungsi
Bupati Bangli, I Made Gianyar menyatakan warga di lima desa di dua kecamatan yaitu Desa Suter, Abang Batudinding, Abang Songan, Kintamani, serta Penelokan, dan Bangbang Tembuku tidak perlu mengungsi.

Hal ini dinilainya jika wilayah desa tersebut berada di radius yang cukup jauh dengan Gunung Agung.

Sehingga ketika terjadi letusan Gunung Agung tidak akan berdampak besar di lima desa tersebut.

"Melihat dari peta, wilayah Bangli tidak berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB). Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir. Kabar sebelumnya, wilayah desa yang dikatakan KRB 1, masyarakat tidak perlu mengungsi. Instruksi mengungsi, nanti menunggu perintah dari bupati melalui camat, kepala desa, dan kelian setempat," tegasnya saat ditemui usai rapat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) di Museum Geopark Batur, Senin (25/9/2017).

Gianyar menyarankan agar masyarakat kembali ke rumah masing-masing untuk beraktivitas seperti biasa.

"Saya sudah melihat sendiri serta mendengarkan penjelasan dari ibu Desak Made Andariyani selaku Koordinator Museum Geopark, yang menyatakan semua wilayah yang tergolong KRB 3 hingga 1 tidak ada yang berada di wilayah Bangli, sehingga tidak perlu ada pengosongan desa," ucapnya.

Adapun dampak yang timbul apabila terjadi letusan Gunung Agung, Gianyar mengatakan dampak ditimbulkan hanya berupa debu.

Sehingga yang perlu dan dibutuhkan masyarakat masker, obat tetes mata, serta pelindung mata.

"Nantinya jika terjadi perkembangan status Gunung Agung yang diperkirakan menimbulkan dampak berbahaya, pastinya pos pembantuan di Rendang akan memberitahu kami. Sehingga kami dari Pemkab Bangli bisa langsung mengambil langkah yang diperlukan," tutur Gianyar.

Gunung Agung dipantau dari kawasan Desa Rendang, Kabupaten Karangasem, Minggu (24/9/2017). Pusat vulkanologi dan mitigasi bencana Geologis (PVMBG) menaikan status Gunung Agung dari level III (siaga) menjadi level IV (awas) sejak Jumat (22/9/2017) malam pukul 20.30 Wita. Tribun Bali/Rizal Fanany (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Bantu Amati Aktivitas Gunung
Koordinator Museum Geopark, Desak Made Andariyani, menjelaskan, Gunung Agung berbentuk strato vulcano, artinya apabila terjadi letusan, material yang dimuntahkan tidak akan sampai ke wilayah Bangli lantaran massa material yang berat.

"Material yang dimuntahkan hanya berupa abu, yang sudah pasti juga berbahaya bagi pengelihatan serta pernafasan. Kami juga selalu membantu untuk mengamati aktivitas Gunung Agung, serta menghitung seberapa tinggi volume letusannya. Dari sana badan geologi akan mengeluarkan pernyataan apakah perlu mengungsi atau tidak," jelas Desak.

Desak menjelaskan, setiap gunung pasti memiliki kawasan rawan bencana.

"Yang dimaksud kawasan rawan bencana adalah wilayah yang berada di kawasan gunung tersebut. Sama halnya dengan Gunung Batur yang juga memiliki kawasan rawan bencana," ucapnya.

Desak mengatakan, dampak yang sampai ke wilayah Bangli hanya dampak piroklastik saja.

"Dampak piroklastik itu berupa abu. Bukan batuan pijar. Adapun material berupa batu yang terlontar tidak sampai ke wilayah Peninjoan, Tembuku. Sebab itu sangat jauh," tegas dia.

Berdasarkan peta ESDM, ketiga wilayah di daerah Kintamani, seperti Abang Songan, Abang Batudinding dan Songan masuk wilayah KRB 1 atau zona kuning.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini