Laporan Wartawan Surya Neneng Aswatun
TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN - Usaha polisi untuk menemukan penyebab tewasnya seorang gadis muda yang nyaris telanjang mulai menemukan titik terang.
Usaha polisi untuk mengungkap kasus itu sudah mulai membuahkan hasil dan polisi mengantongi identitas korban.
Gadis itu bernama Eka Putri Nilasari dan polisi juga menyebut gadis itu telah tewas dibunuh.
Kasatreskrim Polres Pasuruan AKP Tinton Yudha Riambodo tidak menampik hal itu.
Saat ini, pihaknya masih mengumpulkan bukti-bukti sebanyak mungkin untuk mengungkap kasus pembunuhan sadis tersbut.
"Kami masih belum bisa tentukan motifnya apa. Yang jelas, kami sedang berusaha mengejar pelaku pembunuhan tersebut," katanya saat dihubungi Surya.
Rumah korban pembunuhan di areal persawahan Purwodadi, Pasuruan, Eka Putri Nilasari (16) di Dusun Kalisuko Desa Sumber Suko Kecamatan Lawang Kabupaten Malang, Rabu (27/9/2017) terlihat ramai.
Baca: Mayat Sudah Jadi Tengkorak Ditemukan di Dekat Balai Rehabilitasi BNN Samarinda
Terlihat tenda sederhana dipenuhi oleh para tetangga dan saudara di depan rumah Eka.
Di dalam rumah hanya ada sang ibu, Indra Kusmantrini dan sang nenek, Titik Kusmaherni.
Wajah mereka terlihat sedih dengan mata merah berkaca-kaca.
Meski begitu, Indra terlihat tegar saat menyalami dan menyambut kedatangan para tetangga.
Kepada SURYAMALANG.COM, ibu dua anak itu menceritakan keseharian putri sulungnya itu selama hidup.
"Memang sering ga pulang. Bahkan pernah sampai 2 bulan tidak pulang ke rumah dan tidak izin," ceritanya.
Putrinya yang merupakan lulusan SMP Maarif Lawang itu tidak mau melanjutkan sekolah dan sedang mencari kerja.
Baca: Kementerian PUPR Tak Bisa Paksa Masyarakat Beralih ke Transaksi Non-Tunai di Jalan Tol
"Sempat kerja jaga toko di Pasar Lawang. Dia tidak mau sekolah lagi, ikut teman-temannya," lanjut Indra sambil menyalami para tetangga yang terus berdatangan.
Indra yang bekerja sebagai penjual tahu bakso itu mengatakan bahwa Eka adalah anak yang pendiam namun seringkali ketus saat berbicara pada orang lain.
"Dia ikut teman-temannya, trek-trekan (balapan). Tapi saya yakin itu bukan inisiatif dia sendiri untuk ikut-ikut seperti itu," ujar wanita berjilbab itu.
Kebiasaan jarang pulang itu sudah berlangsung selama satu tahun terakhir atau lebih tepatnya setelah ia lulus SMP. Bahkan sejak masih duduk di bangku SMP, Eka sering membolos sekolah.
"Pagi itu diantar sekolah sama ayahnya (Ariyanto) tapi lalu tidak masuk sekolah dan keluar lagi sama temannya dari SMP 3," tuturnya.
Indra mengaku sedih dengan kematian tragis putrinya.
Namun ia juga tidak mau menuntut ataupun menuduh siapapun atas kejadian yang menimpa Eka.
Ia mengaku pasrah dan menyerahkannya pada Tuhan.
"Nanti juga ada balasannya masing-masing," katanya. (nh)