"Inti laporan sopir bus nyopir dalam keadaan mabuk atau teler. Dan rute bus keluar dari jalur trayeknya," kata Ade.
Saat laporan terdengar suara penumpang histeris bahkan ada yang menangis.
Lepas dari Jalan Piere Tendean, bus seharusnya ke shelter transit Pemuda, namun Putra malah masuk ke Thamrin dengan berjalan zig zag.
Dari Thamrin, bus masuk Jalan Tri Lomba Juang ke arah Pahlawan-Simpanglima-Pahlawan.
Putra lantas memaksa penumpang dan petugas tiket turun di Jalan Pahlawan.
Putra lantas membawa bus ke arah-Siranda-Elisabeth-Kawi-Sriwijaya.
Ade lantas berkoordinasi dengan control room Area Traffic Control System (ATCS) untuk melacak keberadaan bus.
Sempat terjadi aksi kejaran dengan petugas BLU Trans Semarang, akhirnya bus berhasil dihentikan di lampu lalu lintas Peterongan.
Baca: Tak Ada yang Menduga Gusti Komang Akhirnya Meninggal Setelah Kejang-kejang di Sawah
"Sopir diturunkan lalu kami amankan dan dibawa ke Kantor PT Trans Semarang untuk kami hadapkan ke direktur PT Trans, Pak Tutuk. Awalnya sopir tidak mengaku, lalu kemudian mengakui mengonsumsi pil," ujarnya.
Pada hari itu juga, sebanyak 26 sopir menjalani tes urine termasuk Putra ke Rumah Sakit Bhayangkara.
"Tapi hasilnya negatif, karena diduga obat yang dikonsumsi bukan psikotropika," kata Ade.
Ade bersyukur sistem pelaporan dan ATCS berjalan dengan baik.
"Mengerikan kalau tidak segera ditangani. Untung tidak nabrak kendaraan lain. Padahal sopir tersebut sudah 8 tahun jadi karyawan Pak Tutuk," ujarnya.