Pria berpeci hitam itu memandu kami masuk ke kelas X. Pintu kelas pun diketuk.
Ia membuka daun pintu sebentar kemudian ditutup kembali.
"Nanti tunggu dulu. Belum pada pakai cadar," ucapnya.
Saat masuk ke ruang kelas X Jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) itu, semua siswi memakai cadar hitam semua.
Seragam mereka sama seperti siswi SMK lainnya dengan bawahan abu- abu dan atasan putih beserta lambang osis di dada dan identitas sekolah.
Begitu juga dengan kerudung, sama seperti yang dikenakan siswi di sekolah lain, hanya saja ada tambahan kain cadar yang menutupi wajah mereka hingga hanya terlihat kedua mata mereka.
Mereka menyambut dengan anggukan kepala serta suara tertawa lirih.
"Foto (yang beredar di media sosial) itu benar. Siswi sudah setahun atau dari 2016 memakai cadar, sebelumnya tidak," kata Kustanto.
Menurutnya, siswi yang memakai cadar itu merupakan santri pondok pesantren yang memang diwajibkan oleh pengurus pondok untuk memakai cadar.
"Siswi MTs ada yang tidak pakai cadar karena mereka bukan santri sini. Tapi kalau siswi SMK, seratus persen merupakan santri di pondok pesantren Attholibiyah," jelasnya.
Begitu juga dengan guru perempuannya, guru yang juga mengajar atau mengurusi pondok, pasti memakai cadar.
Namun, guru yang dari luar dibebaskan, boleh pakai boleh tidak.