News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ridwan Nojeng, Pemuda Yang Sukses Menyulap Hutan Lebat Jadi Objek Wisata Alam Eksotis Tanpa Modal

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ridwan Nojeng (32) sang inisiator berdirinya objek wisata alam Lembah Hijau Rumbia (LHR).

TRIBUNNEWS.COM, JENEPONTO - Berawal dari semangat gotong royong, pemuda 32 Tahun di dusun Manggunturu, Desa Tompobulu, Kecamatan Rumbia, Jeneponto, sukses memberdayakan puluhan pemuda setempat.

Dialah Ridwan Nojeng (32) sang inisiator berdirinya objek wisata alam Lembah Hijau Rumbia (LHR), yang kini ramai dikunjungi pelancong wisatawan lokal maupun luar daerah.

Ditemui di dalam kawasan LHR, Rabu (09/11/2017), Nojeng (sapaannya) pun bercerita tentang awal mula lahirnya ide merintis objek wisata di atas lahan seluas dua hektare.

"Awalnya ini (LHR) kami rintis tampa modal sepersen pun, hanya modal tenaga untuk meratakan tanah, bersih-bersih, dibantu puluhan pemuda dan sesekali juga warga untuk memindahkan batu-batu besar, murni modal tenaga," kata Nojeng.

Butuh waktu sedikitnya, 36 bulan untuk menyulap hutan yang ditumbuhi semak belukar menjadi kawasan wisata alam yang eksotis seperti sekarang ini.

"2010 saya mulai rintis, 2014 baru pertama kali kita buka dan perlahan seiring berjalannya waktu kita terus berbenah dengan memutar pemasukan dari karcis untuk melengkapi fasilitas pengunjung," ujarnya.

Tiga tahun merintis, bukan waktu yang singkat bagi pemuda seperti Nojeng untuk terus berusaha dengan tekad semangat yang dimiliki.

"Awalnya ada sekitar 60 pemuda yang ikut sama saya, mungkin jenuh atau kurang yakin, makanya yang tinggal sekarang ini sisa dua puluhan pemuda yang mau bekerja sama dan mengembangknan LHR," ujar Nojeng.

Tidak jarang dirinya dan puluhan pemuda lainnya harus melewati masa-masa sulit untuk mewujudkan impiannya menjadikan LHR sebagai objek wisata yang fenomenal.

"Bahkan ada yang bilangi saya gila karena harus memindahkan batu besar hanya menggunakan linggis menggali kolam renang dengan linggis. Tapi saya punya prinsip jalan saja terus, dimana ada star disitu pasti ada finish dan Alhamdulillah hasilnya sudah seperti sekarang ini," ungkap Nojeng.

Saat ini, hampir tiap pekan objek wisata yang berjarak sekitar 27 kilometer arah utara kota Bontosunggu (ibu kota Jeneponto) itu tidak pernah sepi dari pengunjung.

"Kalau hari-hari biasa itu bisa sampai 50 an lebih pengunjung yang datang, kalau hari Sabtu-Minggu bisa sampai 300 an pengunjung dengan harga tiket masuk hanya Rp 10 ribu per orang," terang Nojeng.

Fasilitas yang ada di dalam lokasi wisata itu cukup resperentatif untuk melepas kepenatan aktivitas kerja Anda. Mulai dari enam kamar penginapan, delapan gazebo, lesehan bambu, cafe, mushola, dapur alam, camp area, out bond, kolam renang dan live musik.

Namun, dengan beragam fasilitas yang telah tersedia itu, sang inisator Nojeng ternyata belum juga puas dan berbangga diri.

"Baru 50 persen ini, target saya itu 2018 baru rampung 100 persen saat saya sudah menyediakan fasilitas perpustakan dan untuk riset dalam kawasan ini, karena tujuan utamanya saya sebenarnya ingin membagun wisata pendidikan," tuturnya.

Dirinya dibantu 20 rekannya pun terus berbenah menyediakan secara perlahan fasilitas penunjang untuk terus memuaskan pengunjung.

"Ini sementara kita bangun koteks dan menggarap untuk lokasi perpustakaan dan lokasi budidaya untuk penelitian, semoga rampung 2018," harap Nojeng.

Sekedari diketahui, atas kisah perjuangan Nojeng dan rekannya mewujudkan objek wisata alam yang mampu memberdayakan pemuda masyarakat lokal, LHR yang mengusung tema "Surga di Tanah Gersang" sukses menjuarai perhelatan Satu Indonesia Aswar (SIA) yang bertemakan "Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia". (Muslimin Nembah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini