Apa yang diucap Udin pun seperti senjata.
"Udin sedikit bicara, tapi sekali dia bicara maknanya sangat mengena," ujar kakak Alm Udin, Suryanto yang juga datang dalam pentas teater.
Sampai di penghujung pentas, adegan di pengadilan menentukan siapa orang yang bertanggung jawab terbunuhnya Udin tak berujung melegakan.
Hukum di negara kala itu seperti melemahkan kebenaran yang ditumpangi oleh kepentingan tertentu yang membuat kasus Udin tak terungkap.
Seperti apa yang dikatakan Sihono, pentas Teater ini adalah cara lain untuk mengkritik pemerintah dan penegak hukum tentang borok yang belum juga pulih.
"Kita sudah kritik lewat tulisan dan aksi suarakan aspirasi, sekarang kita sampaikan melalui teater," ujar Unang Shiopeking Pimpinan Produksi.
Butuh waktu sekitar tiga bulan untuk pentas ini bisa terlaksana melalui latihan.
Tapi bukan tanpa kendala, karena personel wartawan asli yang dilibatkan juga terkendala waktu untuk menjalankan profesi mereka.
Unang pun memaklumi dan semangat itu tetap membara.
Digandenglah Komunitas Teater Tebu Bantul menjadikan pementasan berjalan dengan tanpa mengurangi kualitas dan rasa menjiwai.
"Yang terpenting adalah semangat semua pemeran berjuang bersama demi mencari kebenaran yang lama terkubur ini bersama wartawan melalui teater," kata Unang.
Sukaptiran, pemeran tokoh Udin pun merasa sangat terhormat mendapat peran utama dalam teater ini.
"Jelas kehormatan yang luar biasa, meski saya kesulitan memahami karakter tokoh Udin yang sebenarnya tapi saya berusaha, semoga kekerasan terhadap wartawan tak lagi terjadi," katanya. (sus)