News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mahasiswa UKWMS Buktikan Jintan Hitam Mengandung Zat Antikanker

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

tanaman jintan

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi tanaman herbal tanpa riset melatarbelakangi mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) melakukan riset dasar.

Riset ini untuk membuktikan kandungan salah satu bahan herbal pada jintan hitam yang telah banyak dipasarkan sebagai obat herbal.

Kelima mahasiswa Fakultas Farmasi UKWMS ini yaitu Erdi Malutama (22), Albert Sebastian Gani (23), Bernardus Dedyanus Lusiano Tabore Kelan (22), Kristin Yuliana (22), dan Stella Calista Paramitha (22).

Baca: Merasa Tak Dibutuhkan Gus Ipul, PPP Alihkan Dukungan ke Khofifah

Mereka membuktikan ekstrak etanol biji jintan hitam (Nigella sativa) sebagai penghambat pembentukan pembuluh darah baru (antiangiogenesis).

Pembuluh darah baru ini yang dikhawatirkan bisa menjadi pemicu kanker.

Erdi mengungkapkan dari banyaknya tanaman herbal, mereka memilih biji jintan hitam karena memiliki kandungan senyawa aktif timokuinon yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker.

Senyawa aktif timokuinon ini diperoleh dari hasil ekstrak etanol yang terdapat pada biji jintan hitam.

Baca: Satu Rumah di Malang Rusak Diterjang Tanah Lonngsor

“Selama ini terapi kanker yang digunakan biasanya melalui operasi, radiasi dan kemoterapi dan dirasa masih kurang efektif karena menyebabkan beberapa dampak seperti kerusakan jaringan, terjadinya perubahan bentuk jaringan dan kekebalan terhadap obat tertentu."

"Untuk itu kami mencoba mencari terapi yang lebih aman untuk mengatasi penyakit kanker,” jelas Erdi mengenai penelitian mereka.

Penelitian dilakukan selama setahun ini menggunakan basic Fibroblast Growth Factor (bFGF) untuk merangsang zat pertumbuhan angiogenesis pada mahluk hidup (in vivo). Mahluk hidup yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur ayam kampung.

“Kami memilih telur ayam berembrio karena harganya murah dibandingkan media penelitian lainnya, juga mudah didapatkan, mudah dilakukan, pembentukan pembuluh darahnya bagus dan waktu penelitian lebih singkat,” ujar Stella.

Pada telur ayam terdapat ekstra embrionik paling luar dari selaput telur yang terbentuk karena penggabungan korio dan alantois yang biasa disebut dengan membran korioalantois.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini