Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Nur Huda
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah diminta melakukan review terhadap kurikulum sekolah menengah kejuruan (SMK).
Permintaan itu disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat mengisi kuliah umum di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta, Kamis (16/11/2017).
Menurut Ganjar ulasan kurikulum penting untuk mengetahui apakah kurikulumnya sudah sesuai kebutuhan dunia industri ataukah belum. Sehingga siswa lulus sudah siap terjun ke dunia industri.
"Kumpulkan semua industri, tanyakan ke mereka apa sebenarnya yang dibutuhkan. Knowledge seberapa, skill seberapa,” beber Ganjar.
Baca: Kesuksesan Antonio Conte di Timnas Italia Menipu
Baca: Terinspirasi Ucapan Ganjar, Mahasiswa Merintis Usaha Getuk
Baca: Buka MTQ, Gubernur Ganjar Yakin Jurinya Tak Mempan Disogok
Baca: Berperan Mendidik Anak Bangsa, Ganjar Apresiasi Guru Ngaji di Jateng
Menurut Ganjar, mengulas kurikulum sebagai tindaklanjut ternyata masih banyak lulusan SMK yang belum bisa diterima dunia industri. Dampaknya jumlah penganggur bertambah di Jateng.
Dikatakan dia, dunia pendidikan harus berinovasi. Ia mencontohkan bagaimana harus ada sinergi antara dunia pendidikan dengan sektor industri yang membutuhkan tenaga baru.
“Bisa enggak bekerjasama dengan industri? Sehingga mereka ketika lulus sudah menjurus bahkan kita minta sistem diijon,” ungkap dia.
Ganjar menyebut ada satu perusahaan di Cilacap yang memproduksi power plant dan akan membuat SMK Pembangkit. Siswa secara khusus akan diajari tentang energi pembangkit.
“Nah, saya diminta untuk meresmikan, saya tertarik karena ini spesifik sekali,” ujar dia.
Cara lainnya, komite sekolah dapat mengusulkan ke pihak sekolah agar mewajibkan adanya kesiapan untuk siap masuk dunia industri. Semisal, ketika siswa naik ke kelas XII, maka dapat dijuruskan dan dunia industri bisa masuk.
Ia menilai sejumlah SMK vokasi di Jateng belum maksimal menyiapkan lulusannya. Terbukti masih banyak industri tertentu di Jateng yang masih butuh tenaga terampil.
“Misalnya SMK perhotelan, coba kita tanya sama hotel-hotel. Chef, services, front office itu sudah sesuai belum ya. Jika belum, apa yang dibutuhkan," ungkap dia.