Tremor ini juga menandakan gunung Agung memasuki fase kritis menuju letusan yang lebih besar.
"Tremor overscale ini menandakan ada volume material yang sangat besar, dan berusaha keluar untuk memenuhi kawah," jelas I Gede Suantika.
Menanggapi tremor over scale tersebut, Suantika memprediksi letusan besar gunung Agung terjadi dalam hitungan beberapa jam kedepan.
Ada dua letusan yang kemungkinan akan terjadi, pertama letusan efusif yang dimana magma cepat memenuhi kawah dan meluber keluar gunung menjadi lahar panas dan diikuti dengan awan panas guguran.
Sementara, kemungkinan kedua terjadi letusan eksplosif yakni letusan besar melontarkan material disertai awan panas.
"Ini yang kita takuti tadi. Kita takut magma sudah dangkal di kawah, tiba-tiba jumlah ada magma dengan volume besar keluar secara barengan. Ini yang nanti jadi ekpplosif. Ini yang kami takutkan, sehingga kami minta warga menjauh dari pos pantau. Melihat kondisi Gunung Agung saat ini, saya kita impactnya akan luas. Kita lihat perkembangan dulu, nanti kita akan pertimbangkan perluasan zona bahaya,” kata Suantika.
Sebelumnya, pada dini hari tadi, anomali termal pertama Gunung Agung terdeteksi satelit NASA.
Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana mengatakan malam ini, anomali termal pertama Gunung Agung terdeteksi satelit NASA Modis, 70 Megawatt (sumber:mirovaweb.it).
"Ini menandakan bahwa magma dengan volume signifikan sudah berada di permukaan," ungkap Devy.
Ia menambahkan sebagai perbandingan, danau lava (lava lake) Nyiragongo di Kongo bisa mencapai 100 megawatt.
Deteksi termal dapat dipengaruhi kabut/awan, bisa mempengaruhi nilai sebenarnya.(*)