Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Siapa sangka anak seorang petani bisa menjadi sarjana dengan nilai tertinggi diantara wisudawan/wisudawati lainya.
Wanita asal Madiun, Jawa Timur kelahiran 9 Agustus 1992 ini tidak pernah menyangka, dirinya dapat lulus 3,8 tahun dengan IPK 3,84, yang merupakan tertinggi dibandingkan ratusan sarjana dari Universitas Widya Gama Mahakam (UWGM) Samarinda, yang mengkuti proses wisuda ke 26, Sabtu (9/12) pagi tadi.
"Saya merantau dari Madiun ke Samarinda, tidak ada keluarga. Selain kuliah saya juga sambil mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pembinaan," tutur Tyra Puji Lestari, Sabtu (9/12/2017).
Lulus dengan mengenyam sarjana pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dirinya pun tetap akan mengajar anak anak berkebutuhan khusus.
"Karena saya sayang sama anak anak, saya peduli dengan anak disabilitas, jadi saya tetap akan mengajar di sana," ungkap anak ketiga dari tiga bersaudara itu.
Kendati dirinya berhasil lulus dengan nilai yang sangat memuaskan, namun moment tersebut tidak dapat dirasakanya secara utuh, pasalnya ayahnya, atas nama Simun (63), yang sehari bekerja sebagai petani padi dan kacang, tidak dapat hadir dalam prosesi wisuda itu, hanya ibunya saja, Sugiatmini (60), bersama pamanya yang dapat menghadiri prosesi wisudanya.
"Bapak tidak bisa hadir, jadi yang datang ibu dan paman saja," ungkap wanita yang hobi dangdut itu.
Kendati selama kuliah di Samarinda jauh dari keluarga, namun Puji panggilan akrabnya dapat hidup mandiri, bahkan untuk biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari, dirinya tidak lagi meminta orangtua, karena dengan beasiswa yang kerap didapatnya, ditambah dengan honor bekerja, dirinya sudah bisa memenuhi kebutuhan priadi dan perkuliahan.
"Dengan kondisi saya ini, malah saya termotivasi, jadi kuliah sambil kerja itu tidak menghalangi untuk lulus tepat waktu dengan nilai yang memuaskan," ucapnya.
"Saya bahagia dan kerasan di Samarinda, saya bisa bertemu dengan teman teman yang berasal dari suku yang berbeda-beda, kalau di Madiun ya ketemunya orang Jawa saja, kalau disini beda," tutupnya. (*)