Untuk membangun rumah pohon ini pun, ia menjelaskan bila semuanya telah ditanggung oleh lurah setempat.
Baca: Gowes Pesona Nusantara di Karanganyar Diikuti Sekitar 3.000 Peserta
"Jadi kami terima sudah beres. Pengerjaan kira-kira sebulan," papar Marmi.
Lebih jauh Marmi memaparkan, sebenarnya perilaku suaminya normal saat awal-awal membangun rumah tangga.
Namun hal itu berubah semenjak suaminya diajak merantau oleh temannya selama setahun.
"Dulu kerja di meubel, lalu pernah diajak kerja di luar jawa tahun 2008 hingga 2009. Setelah pulang itu jadi berbeda. Mengurangi sosialisasi kepada masyarakat dan lain-lain," ungkap Marmi.
Keanehan demi keanehan terus dirasakan oleh Marmi dan anak-anaknya, hingga akhirnya sebagai puncaknya, saat Budianto melarang kedua anaknya sekolah.
Selain tak mengizinkan sekolah, dirinya tak mau lagi tinggal di rumah keluarganya.
"Suami saya sudah tinggal setahun di hutan. Lalu anak-anak saya diajak, ya akhirnya saya pasrah dan ikut," ujar dia.'
Baca: Halaman Sekolah di New South Wales Dibuka Untuk Publik Selama Liburan
Budianto, saat ditanya perihal keputusannya untuk tinggal di hutan, enggan memberi jawaban spesifik.
Meski begitu saat ditanya tentang mengapa dia melarang anak-anaknya sekolah, ia menjelaskan bila dirinya tak melarang, tapi karena keterbatasan uang.
"Saya dan istri saya pemulung, jadi lumayan susah menyekolahkan," jelasnya.
Lebih jauh Budianto mengatakan selama tinggal di hutan, dirinya menyebut tak pernah merasa tidak nyaman.