TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Pemerintah Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, terus mendorong para pemuda desa untuk lebih produktif, kreatif dan inovatif sehingga bisa mendongkrak perekonomian desa.
Berbagai jenis usaha digalakkan lewat Badan Usaha Mlik Desa (BUMDes), salah satunya dengan memanfaatkan lahan terlantar yang tidak dikelola oleh perusahaan.
“Mulai tahun 2016 lalu, pemerintah Desa lewat BUMDes bersama tokoh masyarakat yang kemudian membentuk Forum Penggarap Tanah Terlantar, sudah memanfaatkan lahan terlantar sekitar 10 hektar untuk menanam jagung. Banyak pemuda desa kita libatkan dalam kegiatan usaha ini,” urai Kepala Desa Kertangsana, Agus Sudrajat, Senin (25/12/2017).
Agus (27 tahun) menjelaskan, ada ratusan hektar tanah di wilayah desanya yang terlantar setelah perusahaan swasta pemilik izin hak guna lahan sudah tidak lagi beroperasi.
Salah satunya lahan yang dulunya dikuasi perusahaan yang bergerak di bidang sapi perah, PT Tukishima Indomilk Agropratama (TIA).
Dari sekitar 110 hektar bekas area operasional PT tersebut, pemerintah desa bersama tokoh masyarakat dan para pemuda memanfaatkan lahan sekitar 10 hektar untuk menanam jagung.
“Saya sudah bertemu dengan kuasa hukum perusahaan dan disampaikan bahwa pemanfaatkan lahan terlantar ini demi meningkatkankan ekonomi warga dan memberdayakan pemuda sekaligus mengangkat pendapatan desa yang masih kecil,” jelas Agus yang merupakan aktivis pemuda dan mantan Ketua Karang Taruna sebelum terpilih menjadi Kepala Desa Kertaangsana.
Dalam pemanfaatan lahan terlantar itu, awalnya jagung yang ditanam jenis hibrida bekerjasama dengan investor. Namun karena modalnya besar dan keuntungannya dibilang terlalu tipis hanya sekitar 2juta perhektar, maka kini jenis jagung yang ditanam diganti jadi jagung manis.
“Menurut perhitungan, jagung manis bisa lebih menguntungkan. Karena selain buah, bekas pohonnya juga bisa dijual untuk pakan sapi,” kata Agus, lulusan sebuah universitas swasta di Bandung.
Selain memanfaatkan lahan terlantar, Agus pun melakukan berbagai terobosan untuk mendorong tumbuh dan berkembangan sektor usaha, tertama yang digalakkan kawula muda. Baik usaha perorangan maupun unit-unit usaha yang dibuat melalui BUMDes Darussalam.
Kepala Desa mengakui, peran pemuda telah ikut mendorong perkembangan Desa Kertaangsana yang kini sudah meninggalkan status desa tertinggal menjadi berkembang.
Di lain sisi, perkembangan dan bermunculannya peluang di desa dalam beberapa tahun terakhir, juga membuat julah pemuda desa hijrah ke kota semakin berkurang.
Ini tentu memberi harapan bahwa desa yang lima tahun lalu bisa dikatakan terisolir, akan dapat lebih maju di masa mendatang.
Asisten Deputi Peningkatan IMTAK dan IPTEK Pemuda Kemenpora, Esa Sukmawijaya yang berkesempatan mengunjungi Desa Kertaangsana, menegaskan bahwa peran pemuda mutlak diperlukan untuk membangun desa.
Di lain sisi, dukungan pemerintah daerah hingga pemerintah desa dalam memfasiitasi pemberdayaan dan peningkatan kapasitas pemuda juga sangat menentukan.
Dana desa yang saat ini jumlahnya terus bertambah besar, diharapkan sebagian digunakan sebagian untuk memfasilitasi pemberdayaan dan pengembangan kepemudaan .
“Di Indonesa ini ada sekitar 75ribu desa, tidak mungkin tugas pemberdayaan dan pengembangan pemuda desa dapat dicover semuanya oleh Kemenpora. Kepala Desa yang memperhatikan pemudanya seperti Pak Agus bisa jadi contoh bagi kepala-kelapa desa yang lain,” ujarnya.