Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Nur Huda
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Perhelatan Pilgub Jawa Tengah meriah karena dari dua bakal pasangan calon, pendampingnya berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama.
Calon gubernur Ganjar Pranowo didampingi putra KH Maimoen Zubair, Taj Yasin atau akrab disapa Gus Yasin. Sementara Sudirman Said pendampingnya Ida Fauziah, politikus PKB.
Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng Prof H Abu Hapsin mengatakan terwakilinya NU melalui dua calon wakil gubernur di Pilgub Jateng menjadi berkah tersendiri.
Namun, ia memiliki catanan penting: kepada siapa pun melarang keras menggunakan lambang NU untuk kepentingan politik.
Baca: Tak Benar Putra Mbah Moen Dukung Sudirman Said-Ida di Pilgub Jateng
Baca: Nusron Wahid: Ganjar Sudah Berkarya, Sudirman Masih Meraba-raba
Baca: Sudirman Said Bisa Manfaatkan Celah Pasangan Ganjar-Gus Yasin
Baca: Musthofa Bakal Berjuang untuk Kemenangan Ganjar-Yasin di Jateng
Baca: Petuah Mbah Moen untuk Pasangan Ganjar-Yasin dan Masa Depan Jateng
"Penggunaan lambang NU itu dilarang keras, NU tidak pada tempatnya sebagai politik praktis. Kampanye boleh tapi jangan bawa-bawa lambang NU," kata Abu Hapsin, Rabu (10/1/2018).
Ia mengakui potensi pemilih NU di Jateng memang sangat besar. Jika dilihat dari jumlah kursi di DPRD Jateng saja, ada 35 orang NU yang berasal dari PKB, PPP, Golkar, NasDem, dan Demokrat.
Mereka belum termasuk warga NU yang tak terdeteksi keterwakilan politiknya di legislatif. "Jadi sekitar sepertiga lebih warga pemilih dari NU di Jateng, jadi cukup menentukan juga," ucap dia.
Ia menegaskan, perbedaan pilihan dalam politik hal biasa. NU tidak menghendaki adanya konflik. Ia berkeyakinan warga NU sudah cukup dewasa menghadapi perbedaan.
"Sebab siapapun yang jadi pilihan ya orang NU, akan dapat orang NU pula. Biarkan saja itu jadi pilihan warga NU, saya kira warga NU sudah sangat cerdas," kata dia.
Terhadap struktural pengurus NU dari tingkat wilayah Jateng, Kabupaten/kota, kecamatan, hingga kelurahan/desa/ranting, yang ingin menjadi tim sukses calon, agar menempatkan persoalan ini secara proporsional.
"Jangan membuat NU menjadi pecah. Dan itu sudah kita sampaikan ke seluruh Cabang (kabupaten/kota) se Jateng," tegasnya.
Ia menambahkan, adanya dua pilihan calon dari kalangan NU, satu sisi menjadi rahmat akan tetapi di satu sisi akan menjadi laknat, maka harus bersikap dewasa agar NU tetap utuh.
"Silakan jadi tim kampanye siapapun, asalkan bisa mengatur diri jangan sampai membuat NU jadi pecah dan berantakan gara-gara itu," tutur dia.