TRIBUNNEWS.COM, TENGGARONG - Sukarman (49), seorang petani karet di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), memiliki kisah hidup yang menarik.
Sejak tiga tahun yang lalu ia menggarap Kebun karet milik salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
"Saya yang menggarap kebun karet ini, pemiliknya adalah anggota dewan di Kutim sana. Kita pakai sistem bagi hasil separuh-separuh," kata Sukarman ditemui di pondok kayunya tak jauh dari lokasi kebun karet yang digarapnya.
Luasan lahan kebun karet itu mencapai 7 hektare (ha).
Baca: Setahun Lamanya Warga Cium Bau Bangkai di Dekat Rumah Ditemukannya Dua Kerangka Manusia
Satu hektare lahan terdapat 450 pohon karet.
Usia pohon karet ini sudah mencapai 6 tahun.
Menurut Sukarman, pohon karet usia 5 tahun sudah bisa ditoreh atau selambat-lambatnya 6 tahun.
Sukarman menyadap pohon karet tiap hari antara pukul 03.00-09.00.
Karena pada pagi hari getah pohon karet lebih banyak keluar.
Dalam sebulan, hasil karet yang disadapnya mencapai 1 ton 6 kuintal 70 kg atau 1,6 ton dan siap jual.
"Harganya saat ini masih stabil di kisaran Rp 8.000/kg. Biasanya, kami jual ke Samarinda atau tengkulak yang datang ke sini kalau harga bagus," tuturnya.
Baca: RSUD AW Sjahranie Kini Miliki Instalasi Kedokteran Nuklir
Keberadaan pabrik karet di Palaran, bukan berarti bisa meningkatkan kesejahteraan petani karet.
"Kami malah cenderung lebih untung jika jual ke tengkulak, kalau pabrik ini sangat selektif.
Kualitas karet dipertimbangkan, lalu beratnya akan ditekan lagi hingga kadar airnya kurang sehingga mengurangi bobotnya.
Kondisi ini memengaruhi hasil yang kami peroleh," ujarnya.
Saat ini Sukarman mendapatkan keuntungan bersih Rp 3,5 juta/bulan.(*)