Mengemis sudah menjadi pekerjaan rutin mereka.
Biasanya, tambah Komang Sri, warga yang pulang dari perantauan membawa pulang uang dalam jumlah cukup banyak, mencapai belasan hingga puluhan juta rupiah.
Baca: Para Pengemis di Bali Sanggup Setor Rp 1,5 Juta Per Bulan Agar Tak Diciduk
Uang itu untuk membiayai kebutuhan hidup mereka selama berada di rumah. Ketika uang habis, mereka kembali merantau.
"Warga pulang dari perantauan saat hari raya seperti Galungan dan Kuningan. Atau saat ada upacara. Mereka bawa uang banyak dari perantauan," tutur Sri Komang kepada Tribun Bali.
Sejauh yang diketahui I Komang Sri, sebagian besar warga yang pulang dari merantau dan bawa uang banyak adalah pengemis.
Uang hasil minta-minta bisa digunakan untuk memperbaiki rumah atau beli barang-barang modern seperti televisi dan handphone.
Dari pantauan Tribun Bali di Munti Gunung, sebagian kehidupan warga di sana terlihat seperti tidak berkategori miskin.
Di setiap rumah rata-rata ada 2 sampai 3 unit sepeda motor terparkir, ada pesawat TV dan antena parabola.
Sebagian besar rumah warga juga terlihat besar dan rapi.
Walaupun berada di kawasan perbukitan, bentuk rumah-rumah di Munti Gunung hampir menyerupai bentuk rumah di wilayah perkotaan.
Baca: Pengakuan Pelanggan Ayam Kampus di Semarang: Lebih Berkelas dan Pintar Jaga Kerahasiaan
Tidak Miskin
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Karangasem, Ni Ketut Puspakumari, mengakui bahwa warga Karangasem yang mengemis terbanyak berasal dari Pedahan Kaja dan Munti Gunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu.
Di antara para pengemis itu, kata dia, cukup banyak yang sebetulnya tergolong tidak miskin.