Menurutnya, bukan rahasia umum banyak distributor mencampur beras Bulog dengan beras lokal. Bahkan, hampir semua pedagang di berbagai pasar tradisional sudah memahami permainannya. Namun, hingga sekarang belum ada Satgas Pangan menangkap.
Tidak hanya itu, banyak pedagang ogah menjual beras Bulog karena minim peminat, dan kualitas beras tidak layak untuk dikonsumsi.
Lebih lanjut, pelanggan yang beli beras Bulog merupakan dari kalangan kelas menengah ke bawah maupun pedagang nasi goreng.
Kepala Perusahaan Umum (Perum), Badan Urusan Logistik, (Bulog), Sumut, Benhur Ngkaimi, mengatakan, rutin melakukan operasi pasar walaupun operasi pasar bukan satu-satunya cara untuk mengendalikan harga.
Baca: Daging Diduga Oplosan Beredar di Pasar Tradisional di Kota Medan
"Operasi pasar bukan satu-satunya cara. Seharusnya interpensi pasar tidak boleh besar karena Bulog bukan pelaku utamanya. Idealnya 80 persen atau 90 persen pasokan beras dari petani atau sentral produksi," ujarnya.
Menurutnya, dalam menjalankan operasi pasar tidak harus Bulog yang terjun ke lapangan. Oleh sebab itu, ia memberikan kesempatan kepada pedagang alias berdayakan pedagang supaya melakukan operasi pasar.
Ia berpendapat, Bulog tak bisa membatasi distributor ataupun pedagang yang ingin membeli beras. Semakin banyak distributor, lanjutnya, jangkauan penyebaran beras Bulog makin luas. Meskipun demikian, dia tak merinci identitas destributor.
"Ada 14 ribu ton disalurkan melalui distributor. Jumlah distributornya di atas 20 dan belum lagi pedagang kecil yang diberikan. Pedagang kecil itu minta beras jadi kami antar. Seluruh Sumut ada 80 pedagang kecil," katanya.