Sementara itu, Ketua Mubes I Alumni dan Simpatisan Syaichona Cholil KH Nasih Aschal mengungkapkan, menanak beras secara massal itu merupakan media silaturahim para alumni, santri, dan simpatisan.
Sehingga semangat pengabdian para masyai, ulama, dan kiai akan kembali terpatri dan semakin menguat.
"Kami bisa tetap dalam satu barisan untuk mebendung upaya-upaya memecah bangsa dan NKRI,"
"ungkap kiai muda yang akrab disapa Ra Nasih itu.
Di hari terakhir mubes, Imam Nahrawi dijadwalkan sebagai pemateri dalam Seminar Kebangsaan 'Peran Pemuda dalam Mengawal Keutuhan NKRI'.
Selain seminar kebangsaan, juga digelar talkshow yang dibawakan Menteri Ketenagakerjaan Moh Hanif Dhakiri tentang 'Eksistensi Alumni di Era Globalisasi'.
Di hari pertama, giliran Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo didapuk sebagai pemateri "Pencegahan Korupsi melalui Peran Pondok Pesantren".
Seminar anti korupsi itu digelar setelah pidato Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Jenderal TNI (Purn) Wiranto yang hadir mewakili Presiden Joko Widodo.
"Kami tidak berhenti di mubes ini, tapi melalui forum-forum lain untuk menggelorakan kembali bahwa dunia pesantren, termasuk Syaihona Cholil sudah menjadi kebutuhan dalam berbangsa dan bernegara," pungkasnya.
KH Syaichona Cholil dikenal dengan panggilan Mbah Cholil. Ia mendirikan Ponpes Syaichona Cholil pada tahun 1600. Ponpes ini kerap menjadi lokasi pertemuan para romo kiai untuk merumuskan pemikiran-pemikiran.
Presiden Soekarno dikisahkan pernah berkunjung pada masa sebelum Indonesia merdeka. Bahkan, Mbah Cholil pernah meniup ubun-ubun Soekarno.
Bersama KH Hasyim Asyari, dan KHR As'ad Syamsul Arifin, Mbah Cholil merupakan poros terbentuknya organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama.
Detik - detik pendirian NU, Mbah Cholil memanggil KHR As'ad Syamsul Arifin untuk memberikan tongkat dan tasbih kepada KH Hasyim Asyari. Tak berselang lama, KH Hasyim As'ari akhirnya mendirikan NU. (Ahmad Faisol)