Siswa semuanya duduk berderet dari belakang kursi sampai kursi belakang.
Sementara kernet bus berada di samping supir, di bagian depan di sebelah kiri.
"Busnya memang melaju dengan kecepatan tinggi. Saya dan pak Sandika berada di kursi paling depan, di belakang supir dan kernet. Seluruh siswa di kursinya masing-masing," tutur Nuli.
Saat semuanya sedang tertidur, tiba-tiba dirinya merasakan bus seperti limbung.
Dirinya juga sempat mendengar supir berteriak awas dengan suara keras.
Baru saja dia akan membuka mata, tiba-tiba saja sudah ada truk tronton besar tepat di depan bus.
Serta merta moncong bus menabrak bagian belakang truk tronton yang berisi muatan minyak goreng kemasan dengan suara keras.
Nuli pun terhenyak dan terhempas dari kursi penumpang.
Kepalanya membentur pagar pembatas antara kursi duduknya dan kursi kernet.
Suara benturan dan gesekan kendaraan terdengar dengan keras.
Ia terbangun di bawah pagar pembatas, dengan kondisi shock, badannya gemetar dan kepala yang sudah bercucuran darah.
"Tiba-tiba saja, supir teriak awas, bruk, bus menubruk. Alangkah terkejutnya ketika saya terhempas ke arah depan, dan kepala saya menatap palang pembatas yang ada di depan kursi. Saya tersungkur di bawah palang itu, dan tertahan di sana. Sementara, yang lain yang ada di depan sudah terlempar dari dalam bus," ujarnya.
Saat bangkit dirinya melihat bagian depan bus sudah rusak parah, kaca depan pecah, bagian depan bus dan bagian belakang truk tronton ringsek, dan minyak kemasan yang berhamburan di sekeliling bus.
Supir dan kernet terkapar di bagian depan bus.