Menurut Kapolsek Tegalsari, Kompol David Triyo Prasojo, dari saksi-saksi yang dimintai keterangan menyebutkan korban sedang memiliki tekanan psikis yang luar biasa.
"Korban (Michael Mulyono) ini lulus sarjana kedokteran dengan nilai cumlaude pada enam atau tujuh tahun lalu. Dia dua kali mengambil spesialis jantung, tapi gagal," sebut David menjawab Surya.co.id, Kamis (12/4/2018) pagi.
"Itu keterangan dari saksi-saksi yang sudah dikumpulkan, kami belum membuat kesimpulan. Kami terus dalami sampai selesai," terang David.
Menurut mantan Kapolsek Tegalsari Surabaya ini, keterangan saksi orangtua korban belum banyak.
Penyidik belum bisa mengorek keterangan lebih dalam, lantaran keluarga masih suasana berduka.
"Kami belum bisa tanya lebih dalam, harus hati-hati dan pelan-pelan. Semampunya keterangan keluarga, karena masih berkabung dan juga beberapa kali menangis," cetus David.
Hal serupa disampaikan, Unit Identifikasi Polrestabes Surabaya, Aiptu Pudji Hardjanto mengungkapkan sempat berdialog dengan pihak keluarga terkait riwayat pendidikan Michael.
Diketahui Michael sempat mengikuti Seleksi Calon Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis ( PS PDS ) FK UB.
"Katanya ambil PDS Bedah di UB, nggak tahu sudah selesai apa masih proses," ujarnya, Kamis (12/4/2018) pagi.
Masih menurut Aiptu Pudji, pihak keluarga juga mengetahui Michael sempat mengambil PDS Jantung di Universitas Airlangga namun gagal.
"Selebihnya saya nggak tahu, karena nggak ngobrol banyak tentang itu sama keluarga,"pungkasnya.
Andi Mulyono, ayah Michael hingga pemulangan jenazah enggan berkomentar banyak. Ia mengungkapkan sempat bertemu anaknya pagi ini.
"Tiap hari ya ketemu. Tapi saya sedang berduka, nggak mau ditanya lagi ya, "urainya.
Diberitakan sebelumnya, aksi bunuh diri itu diketahui saat seorang sekuriti Tunjungan Plaza (TP) Surabaya melaporkan adanya jenazah pria di Loading Dock TP 6, sekitar pukul 14.00 WIB, Rabu (11/4/2018).