Angga Rivaldi Saputra (14), cucu Parinah seketika berurai air mata saat melihat wajah neneknya untuk pertama kali.
Ia lahir tanpa kehadiran nenek di sisi.
Ia tentu iri, anak sepantarannya mendapat kasih sayang berlipat dari orang tua dan nenek.
Anak itu hanya bisa membayangkan kelembutan kasih nenek dari lembaran foto yang disimpan rapi ibunya.
Ia kini nyata memiliki nenek yang selama ini hanya terlintas di angan.
"Saya senang nenek pulang, sebelumnya hanya bisa lihat dari foto," kata Angga yang kini telah duduk di bangku kelas 2 SMP
Perasaan Parinah campur aduk hingga ekspresi wajahnya susah ditebak.
Antara lelah karena perjalanan panjang menuju kampung halaman, bahagia yang memuncak bertemu keluarga, juga beban berat di pikiran karena suatu hal.
Ia yang terbata-bata menjawab banyak pertanyaan warga maupun wartawan, sempat mengeluh gerah karena terlalu lama tinggal di negara dengan cuaca dingin.
"Panas ya, di London maksimal suhu 20 derajat celcius," kata Parinah.
Parinah yang hilang kontak dengan keluarga belasan tahun tiba di tanah air, dengan pesawat dari London mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Rabu (11/4) malam.
Sebelum diantar ke kampung halaman, Parinah lebih dulu diserahterimakan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London kepada Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).
Parinah diduga menjadi korban perbudakan modern.
Ia bekerja sebagai asisten rumah tangga pada keluarga berkewarganegaraan Mesir, Alaa M Ali Abdallah sejak 1999 di Arab Saudi.