"Kan kalau masalah keluarga suka kedengar sama orang," ujarnya.
Ia mengatakan, telah dijanjikan oleh pemerintah setempat untuk menghuni rumah tapak bagi warga yang rumahnya hancur tersapu banjir bandang.
"Semoga dalam waktu dekat," katanya.
Pengungsi lain, Herman (48), mengatakan suasana pengungsian makin hari membuat ia dan keluarganya tidak nyaman.
Mereka pun ingin segera menempati hunian baru.
"Siapa yang betah atuh berlama-lama di pengungsian," katanya.
Baca: Nadia Mulya dan Ayahnya Kesal saat Tiba-tiba Boediono Menemuinya di Lapas Sukamiskin
Kepala Disperkimtan Garut, Aah Anwar, menyebutkan dana pembangunan rumah tapak bersumber dari sejumlah donatur dari lembaga swasta, lembaga pemerintahan dan dana Corporate Social Responsibility (CSR) sejumlah perusahaan swasta, sebesar Rp 18,3 miliar.
Dana pembangunan rumah tapak itu berasal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Bank BRI, Korpri, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Spesialis (IDS), Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), Yayasan Jend Sudirman, Qatar Charity, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementrian Agama, dan Baznas.
"Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut hanya melaksanakan penyediaan lahan, terima barang, dan pembangunan saja," ujarnya.