Ditambahkan Komar, Maluku dan berbagai kawasan di sekitarnya di Indonesia Timur yang memiliki nilai kesejarahan panjang sekaligus nilai strategis selama lebih dari 800 tahun baik di level global maupun regional Asia harus memiliki peran strategis dan menjadi penentu daya saing Indonesia.
“Posisi Geografis, Alam menjadi nilai lebih. Idealnya Sumber daya Manusianya juga harus mampu bersaing," harap Pria yang juga Anggta DPR RI ini.
Ia mencontohkan, di perairan Maluku ada 25 titik blok migas, 20 sudah dieksplorasi, salah satunya Blok Masela.
"Itulah sumber daya alam yang bisa dijadikan titik untuk menggerakkan Indonesia, kita punya modalnya, sumber daya manusianya, dan letaknya strategis," kata Komarudin.
Hubungan geografis antara Papua, Maluku dan NTT yang berada dalam satu garis alam ini, kata Komar, menyebabkan siklus pergerakan alam. Melalui segitiga kawasan ini, sejak jutaan tahun yang saling terkait, mendukung dan melindungi, menyebabkan kandungan alam, menjadi sangat strategis.
“Zona ini menjadi sangat kaya dan mampu memasok kebutuhan energi dan sumber alam dunia," tambahnya.
Berbeda dengan garis arus alam zona barat RI yang bersifat kumparan membalik, lamban, kurang saling terkait, dan kurang saling mendukung, sehingga zona ini hanya mampu memasok kebutuhan zona-zona tertentu bukan kebutuhan global.
Penerapan strategi dan program sosial-ekonomi-lingkungan (triple bottom line) pada zona segitiga ini dapat menghasilkan perubahan besar dan bersamaan pada seluruh sektor – pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, dan peternakan di Negara RI maupun tingkat global.
“Kebutuhan masyarakat dunia dulu, kini dan ke depan dapat dipasok dari zona ini,” selorohnya.