TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Di tengah keriuhan di RS Bedah Surabaya yang menerima pasien korban ledakan bom di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Ngagel, Surabaya, Minggu (13/5/2018), seorang wanita terlihat kebingungan mencari tantenya.
"Tante saya atas nama Goderbin, usianya 60-70an tahun. Tadi pagi ikut misa di gereja Pantekosta," kata Linke saat ditemui di depan IRD RS Bedah Surabaya.
Linke bercerita, sekitar pukul 08.30 WIB, dihubungi saudaranya untuk mencari Goderbin yang sekitar pukul 06.30 berangkat ibadah ke geraja di Arjuna.
"Kemudian saudara cerita kalau gereja tempat Ai (Tante) ibadah ada bom. Saya disuruh menyusul ke gereja," kata Linke.
Ketika di gereja, kondisinya sudah steril dan tertutup garis polisi dan gereja kosong," jelas Linke.
Baca: Tiba di Surabaya, Jokowi Langsung Tengok Lokasi Kejadian
Warga Pasar Pakis ini mengaku sudah mendatangi RSUD Dr Soetomo untuk mencari keberadaan sang Tante.
Namun tidak ada namanya. Kemudian diminta ke RS Bedah Surabaya, dan setelah bertanya kebagian penerimaan tidak ada nama sang Tante.
"Saya diminta ke Siloam. Ini mau kesana, tapi tadi diinfokan teman wartawan, di papan ada tulisan nama pasien korban bom, tidak ada nama Tante saya. Saya mau ke RS Bhayangkara," kata Linke.
Ciri-ciri Goderbin, berusia antara 60-70 tahun, warga pasar pakis, jemaat gereja Pantekosta Sawahan Jl Arjuna, seluruh rambut memutih, jalan sudah bungkuk.
Di sekitaran Gereja Pantekosta, Jl Arjuna, terlihat sejumlah mitra driver Gojek berinisiatif membantu arus lalu lintas.
Tampak beberapa ojek online yang mengenakan jaket hijau khas Gojek turut mengatur kendaraan yang lalu lalang di jalan yang berdekatan dengan lokasi kejadian.
Inisiatif itu dilakukan mengingat kejadian ledakan bom memantik rasa penasaran warga sekitar sehingga membuat kepadatan lalu lintas.