TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Wiwit Manfaati dan Supardi ubah eceng gondok menjadi produk layak jual.
Saat ini mereka telah memiliki 90 macam item produk eceng gondok di antaranya, tas, sandal, tudung saji, kursi, meja, penyekat ruangan, dan vas bunga.
"Kami memulai membuat kerajinan eceng gondok pada tahun 2007," ujar Supardi, Senin (21/5/2018).
Ia menceritakan, ilmu membuat kerajinan eceng gondok didapatkan istrinya dari pelatihan oleh persatuan istri-istri purnawirawan POLRI dan ABRI Jawa Timur. Pelatihan tersebut diadakan di Kelurahan Kebraon.
"Pelatihan itu diperuntukan bagi gakin. Pada waktu itu kuota gakin kurang akhirnya para kader lingkungan juga ikut, termasuk istri saya," katanya.
Supardi melanjutkan, dari 30 peserta pelatihan, hanya Wiwit yang masih bertahan membuat kerajinan eceng gondok.
"Istri saya itu orangnya ulet, tekun, dan keinginan belajarnya tinggi," katanya.
Wiwit terus belajar membuat kerajinan eceng gondok hingga setahun berselang.
Awalnya dia dan Supardi selalu menemui kendala dalam produksi, 15 kali produksi selalu gagal dan tak ada pembeli. Per minggu dua produk pun kadang tidak terjual.
"Sampai akhirnya ada tetangga yang ke rumah melihat produk kami dan ingin membelinya. Tapi ternyata istri saya hanya memberikan produk itu secara cuma-cuma 'kamu ambil aja aku akan buat lagi yang lebih bagus'," kata Supardi seraya menirukan perkataan istrinya.
Supardi mengaku, modal awal mendirikan usaha kerajinan eceng gondok, ia dan istrinya mengandalkan Rp 20.000 saja.
Sambungnya, ternyata dalam melakukan aksinya itu keduanya mendapat pesanan dari seseorang yang berperan sebagai penghubungan antara sang joki dengan orang yang ingin dijokikan saat ujiannya.
Dari pengakuan sang joki, bahwa dalam sekali menjoki ujian ia dibayar jutaan rupiah.
"Dari pengakuan, si joki dibayar Rp 1,5 juta sama si perantara, itu pun jika hasil tesnya sudah keluar dulu," ucapnya.