Sedangkan, EPA sendiri meski sekolah di SMPN 1 Kota Blitar, domisili di kartu keluarga ikut orang tuanya yang tinggal di Srengat, Kabupaten Blitar.
Baca: Lima Titik Api Skala Kecil Tersebar di Lereng Merapi
EPA sebenarnya dikenal sebagai anak yang pandai di SMPN 1 Kota Blitar.
Dia sering mewakili sekolah ikut olimpiade.
Nilai ujian nasional EPA juga tinggi yakni 359,0 atau nilai rata-ratanya hampir 90.
Teman sekolah EPA juga ramai membicarakan penyebab korban bunuh diri karena khawatir tidak bisa masuk di salah satu SMA favorit di Kota Blitar karena terbentur sistem zonasi.
Seperti dikatakan Wulan, siswa satu kelas EPA di SMPN 1 Kota Blitar. Menurutnya, EPA memang ingin melanjutkan di SMAN 1 Kota Blitar.
Tetapi, dengan sistem zonasi, dia khawatir peluang masuk di SMAN 1 Kota Blitar kecil. Sistem zonasi ini memprioritaskan siswa domisili Kota Blitar.
Kuota siswa luar kota hanya 10 persen. Sedangkan EPA, domisilinya di Srengat, Kabupaten Blitar.
"Saingannya berat, karena anak-anak kabupaten nilai ujian nasionalnya juga tinggi-tinggi. Selama ini anak SMPN 1 yang nilainya bagus tapi domisili kabupaten jarang diterima di SMAN 1," tegas Wulan. (Surya/Samsul Hadi)