Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyergapan dan penangkapan terduga teroris di dalam Universitas Riau bukan tanpa alasan. Ternyata mantan mahasiswa Riau membuat bom di dalam kampusnya dengan bahan-bahan antara lain dari laboratorium kampus tersebut.
"Kalau masih tatanan ide, pemikiran, itu masih biasa, tinggal kita ajak dialog saja dengan baik-baik. Tapi ini sudah nyata-nyata membuat bom di dalam kampus tersebut dan bahannya diambil antara lain dari laboratorium kampusnya sendiri," ungkap sumber Tribunnews.com, Senin (4/6/2018).
Kampus baginya dianggap sebagai kamuflase saja supaya lebih mudah bergerak membuat bom sehingga terasa lebih aman lagi.
"Kalau sudah bergerak aktif bahkan membuat bom yang membahayakan masyarakat, itu sudah menjadi pelanggaran pidana dan wajar saja pihak kepolisian bergerak," kata sumber itu.
Baca: Sang Istri Kaget Eko Purwanto Ditangkap Densus 88
Gerakan radikal tersebut termasuk gerakan mahasiswa yang sudah tercatat radikal oleh pihak kepolisian Indonesia, juga mendeteksi pemanfaatan tempat pengajian di dalam kampus sebagai sarana untuk disusupi aliran radikalisme.
"Radikalisme masuk kampus terjadi di mana-mana bukan hanya di Indonesia. Ada yang melakukannya hanya dalam bentuk dakwah namun ada pula yang sudah mulai bergerak negatif karena tercemar radikalisme, sampai kepada pembuatan rakitan bom untuk menghantam polisi dan umum," ujarnya.
Bahkan menurut sumber itu, sebuah perguruan tinggi Islam di Jakarta Selatan sedang dalam monitor ketat karena mulai dipenetrasi kuat dengan aliran radikalisme bahkan pengumuman deklarasi ISIS pun dilakukan di dalam kampus tersebut.
"Hal-hal seperti itulah diharapkan pihak otoritas pendidikan, pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan saat ini perlu meningkatkan monitor. Sehingga bisa lebih aktif melihat semua gerakan mahasiswanya agar sejak dini dapat terdeteksi hal-hal yang aneh sehingga tidak berlanjut lebih jauh nantinya menjadi tempat sarang terorisme di dalam kampus," ujarnya.
Baca: Keluarga Sebut BW Mulai Berubah Sepulang Merantau ke Jakarta
Menurut dia, para mahasiswa tersebut yang masih melakukan pengajian di dalam kampus, masih wajar. Mereka itulah masih sel tidur.
"Namun kalau sudah mengarah ke radikalisme, tinggal siapa yang memanfaatkannya, lalu bangun dari tidur dan ikut dalam radikalisme, apalagi sampai membuat bom. Tentu saja hal itu tak dapat diterima karena jelas melakukan pelanggaran pidana," ungkapnya lebih lanjut.