Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Nurcholis Majid
TRIBUNNEWS.COM, SUBANG - Di tengah euforia masyarakat untuk berbondong-bondong mudik lebaran ke kampung halaman, ada pemandangan berbeda.
Beberapa pemudik masih memilih menggunakan bajaj, sebagai alat transportasi primadona untuk pulang ke kampung halaman.
Seperti Muhaimin, pria 32 tahun ini lebih memilih menggunakan bajaj untuk mudik bersama keluarganya.
Tak tanggung-tanggung, Muhaimin juga mengajak istri, mertua, hingga tiga anaknya sekaligus.
Dalam kendaraan berkapasitas tiga penumpang itu, Muhaimin bersama keluarganya bertolak dari Pademangan, Jakarta Utara menuju kampung halamannya di Tegal, Jawa Tengah.
"Naik bajaj pasti lebih irit ongkos, berangkat tadi abis subuh," ucap Muhaimin, saat di temui di kawasan Subang, Jawa Barat, Senin (11/6/2018).
Bukan kali pertama, Muhaimin mengaku tiap tahun melakukan ritual mudik di empat atau tiga hari menjelang Lebaran.
Seraya tersenyum, dia menjawab, "Asyik-asyik aja mudik pakai bajaj. Kalau capek ya istirahat. Dibawa santai," kata dia.
Tim Tribunews.com yang sempat mengikuti perjalan mudik Muhaimin pun melihat oleh-oleh yang dibawa untuk kerabat di kampung halaman, di letakan di atas kap bajajnya.
"Ya ada rezeki lebih buat keluarga dikampung, jadi beli oleh-oleh," ujar Muhaimin.
Muhaimin yang sehari-hari menjadi pengemudi bajaj di Kota Tua, Jakarta Barat mengklaim, cara mudik 'berbahaya' ini tidak mendapat teguran dari kepolisian.
"Enggak pernah. Aman Insha Allah," ujar dia.
Sementara sang anak, Syarif, mengaku senang mudik menggunakan kendaraan roda tiga itu.
"Seneng aja dan seru aja. Beda dari yang lain," ujar Syarif.
Menempuh perjalanan kurang lebih sepanjang 312 kilometer dari Jakarta menuju Tegal.
Hingga saat ini dirinya baru dua kali berhenti untuk mengisi bahan bakar bajajnya.
"Lebih irit. Saya hanya keluar Rp 60.000," ujar Muhaimin.