TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Dalam rangkaian kunjungan kerja Menteri BUMN, Rini Soemarno, ke Banyuwangi, mendatangi lokasi yang akan dibangun proyek pembangunan workshop/pabrik kereta api milik PT INKA, di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Minggu (1/7/2018). Investasi pabrik kereta kedua PT INKA ini senilai Rp 1,6 triliun.
"Permintaan kereta api buatan dalam negeri kian meningkat, sedangkan pabrik kereta di Madiun sudah sempit lahannya. Karena itu, butuh pabrik baru, dan kami tetapkan di Banyuwangi," kata Rini.
Menurut Rini, saat ini banyak negara yang membeli kereta api buatan RI. Indonesia telah menandatangani kontrak kerja sama pembelian kereta api bersama Filipina.
"PT INKA telah ekspor di berbagai negara, selain Filipina juga Bangladesh, Malaysia, Singapura, Australia. Saat ini juga tengah negoisasi dengan Thailand," kata Rini.
Rini berharap dengan dibangunnya pabrik kereta api kedua ini, PT INKA bisa memenuhi permintaan dan mendominasi di pasar Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika.
Pabrik kereta api ini dibangun di lahan seluas 84 hektare, menggunakan lahan milik PTPN XII. Pembangunan pabrik ini dilakukan dalam dua tahap.
Proses pembangunan tahap 1 direncanakan mulai pada akhir 2018, dan dapat mulai beroperasi pada awal 2020. Total investasi dari pembangunan proyek ini tercatat mencapai Rp 1,6 triliun.
Budi Noviantoro, Direktur Utama PT INKA (Persero) mengatakan, pihaknya tengah menyelesaikan proses perizinan dan rancang bangun pabrik modern yang akan digunakan untuk memproduksi sarana kereta api berbasis alumunium dan stainless steel ini.
"Pemerintah Banyuwangi juga sangat merespon dengan baik rencana pembangunan pabrik ini," kata Budi.
Lokasi pabrik ini sangat strategis. Dekat dengan pelabuhan barang Tanjung Wangi yang dikelola PT Pelindo III, yang nantinya akan sangat mendukung perusahaan dalam proses pengiriman produk jadi melalui laut, baik untuk ekspor maupun untuk kebutuhan dalam negeri di luar pulau Jawa.
Selain itu, juga berada dalam jalur jalan tol Probowangi (Probolinggo-Banyuwangi) yang dijadwalkan selesai pada akhir 2019 mendatang.
Budi menjelaskan selama ini, PT INKA mencatat penjualan ekspor meningkat dalam tiga tahun terakhir yang tercermin dalam nilai kontrak penjualan ekspor tercatat sebesar Rp 850 Miliar pada 2015 dan meningkat menjadi Rp 1,33 Triliun di 2017.