TRIBUNNEWS.COM, AMLAPURA - Cuaca mendung menyelimuti Gunung Agung, Selasa (3/7/2018) pukul 13.49 Wita.
Wajah Gunung terbesar di Bali ini tidak tampak dari Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem.
Dari hasil analisa Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), hingga saat ini aktivitas Gunung Agung masih tetap tinggi.
"Masih tidak stabil dan masih terus berkembang. Artinya aktivitas Gunung Agung saat ini masih bisa diikuti oleh erupsi," kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana kepada awak media.
Hasil analisa PVMBG dari pukul 00.00 Wita sampai pukul 12.00 Wita, terekam 3 kali letusan pada Gunung Agung.
Baca: Tabur Bunga di Lokasi KM Sinar Bangun Tenggelam Diwarnai Tangis Histeris Keluarga Korban
Sang Giri Tohlangkir juga mengeluarkan 13 kali hembusan, dan 2 kali gempa vulkanik, serta 3 kali low frekuensi.
"Yang menarik, terjadi dua kali gempa vulkanik, meskipun magnitudo masih kecil yaitu sekitar 2,1 SR, tapi ini mengindikasikan masih adanya pergerakan magma dari kedalamam," jelas Devy.
Dijelaskan erupsi yang terjadi pukul 09.28 WIB pagi tadi diawali gempa tektobnik berkekuatan 5 SR ini di selatan pulau Bali.
Hal ini menurut Devy tidak merefleksikan secara langsung kondisi magma di Gunung Agung.
"Tapi ini bisa dikatakan gangguan yang bisa mengganggu kestabilan Gunung Agung itu sendiri. Buktinya 5 menit setelah gempa terjadi erupsi. Karena di dalam magma Gunung Agung ini sudah terisi magma yang siap keluar, maka ketika digoncang wajar alami erupsi," ungkap Devy.
Baca: Keluarga Yakin Nining Memang Hanyut di Pantai Pelabuhan Ratu 1,5 Tahun Lalu
Selama 12 jam terakhir, hasil pengamatan PVMBG pada Gunung Agung menunjukkan erupsi yang terjadi saat ini ketinggiannya rata-rata masih sekitar 2000 meter di atas puncak yang mengarah ke barat.
Itu sebabnya, sampai saat ini PVMBG belum merekomendasikan adanya perubahan kode warna untuk penerbangan.
"Untuk vona kita tetap patokan kita ketinggian kolom sebelum pecah. Sesudah pecah bisa lebih tinggi lagi. Karena ketinggiannya masih di bawah 6 ribu meter di atas permukaan laut, maka vona tetap orange," paparnya.
Namun demikian, kendati masih vona orange, menurut Devy, hal ini tidak berarti secara langsung menentukan status penerbangan.
"Apapun kode warna dari PVMBG akan selalu dievaluasi akan dilanjutkan oleh BMKG, Kementerian Perhubungan untuk keselamatan penerbangan," katanya.
Dari seismik atau kegempaan, belum adanya tanda-tanda akan adanya kenaikan status Gunung Agung. Itu sebabnya, hingga saat ini status Gunung Agung masih level III (siaga). PVMBG masih akan terus mengevaluasi kondisi Gunung Agung dan melihat perkembangan selanjutnya," kata dia.
"Yang jelas dari yang terlihat, trend seismik masih belum menyimpulkan perubahan signifikan. Maskipun tadi ada gempa vulkanik 2 kali," paparnya.
Baca: Sang Adik Ceritakan Keseharian Nining Sebelum Hilang 1,5 Tahun Lalu
Dari hasil pengukuran devormasi, Gunung Agung malah mengalami sedikit deflasi akibat terjadinya erupsi dalam 12 jam terakhir ini.
"Karena ada yang dikeluarkan jadi tubuh gunung mengempis," jelasnya.
Yang perlu dicatat, meskipun dari seismik, dan devormasi belum adanya tanda-tanda akan terjadi kenaikan status Gunung Agung, namun bukan berarti aktivitas Gunung Agung saat ini sudah selesai.
"Karena ini masih berkembang. Kalau ada suplai magma baru ke permukaan dia bisa ada suplai baru maka mengalami inflasi dan bisa terjadi erupsi," jelas Devy. (win)