TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Kekeringan mulai melanda beberapa wilayah di Kulonprogo memasuki musim kemarau ini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mulai kebanjiran permohonan distribusi bantuan air bersih.
Data dari BPBD Kulonprogo, sedikitnya ada enam kecamatan yang telah mengajukan permohonan bantuan air bersih.
Yakni Kokap, Girimulyo, Kalibawang, Sentolo, Samigaluh, dan Nanggulan.
Permohonan bantuan diajukan oleh lebih dari 100 titik terdampak di lima kecamatan tersebut.
Selain karena sudah masuk musim kemarau, kondisi kekeringan juga diperparah oleh adanya penutupan saluran irigasi Kalibawang untuk proses perbaikan.
Tidak adanya aliran menyebabkan tidak ada resapan air ke sumber air di sepanjang aliran irigasi tersebut.
Di Sentolo, kekeringan setidaknya melanda tiga wilayah pedukuhan di Desa Salamrejo yakni Disil, Ngrandu, dan Semen serta sebagian wilayah Desa Sukoreno.
Sumur warga yang rata-rata berkedalaman belasan meter sebagai sumber air bersih itu kini mulai mengering hingga tidak ada lagi air yang bisa diambil.
Kondisi ini sudah berlangsung sejak tiga bulan terakhir.
"Sumur saya dalamnya 13 meter tapi airnya sudah habis. Baru sekarang ini sampai kering begitu, dulu tidak pernah separah ini," kata seorang warga Ngrandu, Tuminten, Rabu (4/7/2018).
Untuk mencukupi kebutuhan air bersih, warga biasanya membeli air seharga Rp 140.000 per satu truk tangki.
Selain itu juga mengandalkan jaringan air bersih dari program Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) yang mengambil air dari sumber di dekat pemukiman warga.
Namun, belakangan ini sumber air itu juga mengering dan air Pamsimas tidak mengalir lagi ke rumah warga.