TRIBUNNEWS.COM, BALI - Sepanjang Rabu (4/7/2018) hingga sekitar pukul 22.30 Wita tadi malam terjadi tiga kali erupsi Gunung Agung.
PVMBG melaporkan, pada Rabu (4/7/2018) sekitar pukul 12.20 Wita, erupsi terjadi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2.500 meter di atas puncak gunung.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi sekitar 1 menit 58 detik.
Kemudian pada pukul 22.16 Wita juga kembali erupsi, namun tinggi kolom abu tidak teramati.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi sekitar 3 menit 17 detik.
Sebelumnya pada hari yang sama, yakni pukul 05.06 Wita, erupsi memuntahkan abu dengan ketinggian kolomnya teramati sekitar 1.000 meter di atas puncak.
Berdasarkan analisis PVMBG atas data-data visual, seismik, deformasi, geokimia dan citra satelit disimpulkan bahwa Gunung Agung masih rawan untuk terjadi erupsi baik secara eksplosif (strombolian maupun abu) dan efusif (aliran lava ke dalam kawah).
“(Namun) data pemantauan multi-metode terkini mengindikasikan bahwa potensi untuk terjadinya erupsi besar yang disertai awan panas masih belum teramati," demikian menurut Ir Kasbani MSc, Kepala PVMBG, dalam siaran persnya pada Rabu (4/7/2018) sore.
Baca: Gunung Agung Erupsi Lagi Pukul 00.37 Wita
Kasbani menekankan bahwa aktivitas Gunung Agung masih berada dalam kondisi yang dinamis, dan tren aktivitas dapat berubah sewaktu-waktu.
Menurut PVMBG, ancaman bahaya yang paling mungkin terjadi saat ini berupa lontaran batu/lava pijar di dalam hingga ke luar kawah, maupun hujan pasir dan abu yang arah penyebarannya bergantung pada arah dan kecepatan angin.
Lahar hujan dapat terjadi jika terjadi hujan dan membawa material erupsi melalui aliran-aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Agung.
Emisi gas vulkanik beracun kemungkinan masih berada di sekitar area kawah puncak.
Kepala Sub-Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana mengatakan, ketinggian kolom abu pada erupsi Rabu (4/7/2018) pukul 12.20 Wita merupakan yang tertinggi selama erupsi bulan Juni dan Juli hingga kemarin.
"Kolom abu yang mencapai 2.500 meter mengindikasikan aktivitas gunung masih tinggi, dan mengalami peningkatan sedikit. Peningkatan tinggi kolom kemungkinan disebabkan oleh adanya pertumbuhan magma baru," kata Devy saat ditemui di Pos Pantau Gunung Agung di Rendang kemarin.
Ia menjelaskan, adanya gempa vulkanik pada Selasa (3/7/2018) mengindikasikan kemungkinan adanya pertumbuhan magma baru, meskipun belum signifikan.
Magma baru menambah tekanan ke dalam gunung.
Erupsi pada siang dan malam hari kemarin kemungkinan disertai lontaran lava pijar.
Namun, lava pijar tak terlihat pada erupsi siang hari, dan terlihat pada erupsi malam hari.
Di lereng gunung masih ada kebakaran hutan akibat terkena lontaran lava pijar.
Kendati aktivitas vulkanik cenderung meningkat, PVMBG masih menetapkan level bahaya adalah Siaga (Level III), dan perkiraan wilayah bahaya masih di radius 4 kilometer dari kawah puncak gunung.
"Zona perkiraan bahaya bersifat dinamis dan terus dievaluasi, serta dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling baru," kata Devy.
Baca: Investasi Properti di Bali, 7 Pimpinan Perusahaan Jepang Ditangkap Polisi
Kendati dalam sehari kemarin terjadi tiga kali erupsi, bahkan salah satunya dengan ketinggian kolom abu 2.500 meter dari puncak gunung, Status Vulcano Observatory Notice to Aviation (VONA) yang dikeluarkan oleh PVMBG masih di warga oranye atau masih cukup aman untuk penerbangan dari dan menuju Bali.
Communication & Legal Section Head Bandara I Gusti Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim menyampaikan, berdasarkan pantauan satelit Himawari, arah angin dan sebaran abu vulkanik menuju ke barat dan belum mengarah atau belum menutupi kawasan ruang udara (air space) Bandara I Gusti Ngurah Rai hingga kemarin sore.
Arie menambahkan, paper test juga menunjukkan hasil nihil atau tidak ditemukan debu vulkanik di kawasan bandara.
"Sejauh ini penerbangan dan operasional Bandara I Gusti Ngurah Rai masih berjalan normal. Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti BMKG, Direktorat Navigasi Penerbangan, AirNav Indonesia, dan maskapai untuk memonitor persebaran debu vulkanik secara berkala," ungkapnya.
Arie menyampaikan para pengguna jasa angkutan udara tidak perlu terlalu khawatir atau cemas mengenai operasional bandara, karena pihaknya selalu terus memberikan informasi terkini mengenai kondisi di bandara.