Kepada Tribunjateng.com, Suwarno mengatakan bahwa Slamet memang merupakan warga Debong Tengah.
Dulu, kata Suwarno, korban yang hidup seorang diri ini berasal dari keluarga mampu dan terpandang.
Meski demikian, Slamet kini hanya bergantung hidup dari bantuan RT, RW, dan Kelurahan karena tak bekerja alias menganggur.
"Dia (Slamet) dari keluarga kaya. Semenjak kehilangan bapak angkatnya karena meninggal saat haji di tanah suci, dia jadiĀ agak berubah dan suka menyendiri," jelas Suwarno.
Kini, ia selaku Lurah hanya bisa berharap bantuan dari pihak terkait.
Dalam hal ini, ia pun telah memberi pertolongan seadanya berupa bahan-bahan pangan untuk kebutuhannya sehari-hari.
Ya saya tawari untuk tinggal sementara di kantor RT dan RW, tapi dia menolak. Jadi, saya bantu seadanya aja berupa bahan-bahan kebutuhan pokok," tambah Suwarno.
Seperti diketahui, rumah Slamet yang sebagian besar bermaterial kayu ludes terbakar akibat konsleting listrik.
Terbakarnya rumah itu pun sempat membuat panik warga sekitar karena kobaran api cukup tinggi.
Akhirnya, si jago merah bisa dijinakan oleh petugas Damkar selama satu jam, sehabis kejadian dimulainya api muncul. (*)