News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gempa di Lombok

Kesaksian Krama Bali Saat Diguncang Gempa 6,9 SR Pas Nunas Tirta, Mangku Nir Arta: Masih Ketakutan

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kesaksian Krama Bali Saat Diguncang Gempa 6,9 SR Pas Nunas Tirta, Mangku Nir Arta: Masih Ketakutan

TRIBUNNEWS.COM, MATARAM - Gempa bumi kembali mengguncang Lombok, Minggu (19/8/2018). Bahkan dalam sehari lima kali terjadi gempa bumi.

Tidak hanya terasa di Lombok, saking kerasnya getaran terasa hingga ke Pulau Bali.

Tadi malam, hampir dalam waktu berdekatan tiga kali terjadi gempa yang berpusat di Lombok Timur.

Dimulai dari pukul 22.56 Wita berkekuatan 7,0 SR (yang dimuhtakhirkan menjadi 6,9 SR) pada kedalaman 10 km, berselang beberapa menit kemudian dengan kekuatan 5,6 SR dan 5,8 SR.

Sebelumnya terjadi gempa bermagnitudo 6,5 SR di kedalaman 10 km pukul 12.10 Wita.

Beberapa menit sebelumnya, tepatnya pukul 12.06 Wita, gempa bermagnitudo 5,4 SR juga mengguncang Lombok.

Sebanyak 350 jiwa krama Bali yang bertempat tinggal di Dusun Kebaluan, Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, juga merasakan guncangan keras rentetan gempa ini.

Melalui sambungan seluler, Jro Mangku Pura Penataran Agung Rinjani, Nir Arta, pun mengakui kondisi krama Bali masih diliputi ketakutan usai kembali diterjang gempa.

"Ya lumayan, kebetulan tadi kita sembahyang di pura dengan beberapa umat atau warga dari Seraya. Pas habis sembahyang kita nunas tirta, terjadi gempa. Sampai banyak juga yang ketakutan karena tumben dia merasakan gempa pas sambil duduk begitu. Selain itu ada beberapa juga yang sampai menangis karena takutnya," tutur Mangku Nir Arta kepada Tribun Bali, kemarin sore.

Di sisi lain, ia juga menyebutkan warga di sekitar Pura Penataran Agung Rinjani tidak lagi terlalu cemas, walaupun tetap waspada.

"Kalau warga di sini boleh dikatakan biasa-biasa saja. Tetapi karena cukup besar getarannya maka kami selalu waspada. Di samping itu kita masih membuat tempat untuk sementara. Paling tidak membangun atap-atap untuk sementara," sebutnya.

Secara psikologis pihaknya mengakui terus dihantui gempa, juga gempa-gempa susulannya.

Selain itu pihaknya juga, termasuk warga asli Bayan, tetap mengadakan ritual Nyepi lokal.

“Kita juga ikut mengadakan penyepian bersama khusus krama Bali di sini," ujarnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini