Tidak ada sanak maupun keluarga mereka yang tinggal di daerah Panyabungan, Mandailing Natal.
Baginya, Tatan maupun Surianti merupakan tetangga yang baik.
Mereka tidak pernah punya masalah dengan warga setempat.
"Baik orangnya (Tatan) pendiam, tidak pernah bermasalah. Dia sudah lama di sini. Keluarganya tidak ada di sini karena mereka dari Lampung. Jadi saya lah yang sudah seperti kakak dia," kata Boru Harahap.
Boru Harahap mengatakan, Tatan merupakan pekerja tambang. Ia biasa berangkat kerja dan pulang ke rumah dua hari kemudian. Sedangkan istrinya, Surianti, hanya ibu rumah tangga.
"Tapi kadang dia (Surianti) juga cari-cari pemasukan dengan mencuci baju warga, walaupun suaminya kadang melarang dia," ujar Boru Harahap.
"Kesehariannya juga tidak masalah. Ya seperti biasa, seperti orang pada umumnya," sambung Boru Harahap.
Prediksi kelainan pada kandungan Surianti juga diungkapkan Boru Harahap.
Menurutnya, kelainan ini sudah terlihat saat bayi tersebut masih dalam kandungan.
"Memang dulu sudah tahu ada kelainan. Ya sudah begitu lah nasibnya, mungkin belum rezeki," ujarnya.
Pada Kamis (12/9/2018) lalu, publik dikejutkan dengan kelahiran seorang bayi perempuan tanpa hidung dan hanya memiliki satu mata.
Bayi tersebut lahir di RSUD Panyabungan sekitar pukul 15.30 WIB secara sesar.
Meskipun sesar, bayi perempuan itu tidak lahir prematur.
Berat badannya juga terbilang normal, seperti bayi yang baru lahir pada umumnya. Namun, saat dilahirkan, bayi tersebut tidak menangis dan denyut jantungnya lemah.
"Lahirnya sesar, tapi tidak prematur. Beratnya 2,4 kilogram. Waktu lahir juga tidak bagus, bayinya tidak menangis dan tidak ada gerakan. Denyut jantungnya juga di bawah seratus. Jadi kondisinya sangat parah," kata Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Mandailing Natal Syarifuddin Nasution saat dihubungi.
Menurut Syarifuddin, terdapat beberapa kemungkinan penyebab kelainan pada bayi ini.
"Kalau kata dokter spesialis bayi yang tadi melihat bersama kami, ada beberapa kemungkinan penyebab. Pertama bisa jadi karena obat-obat yang dulu dikonsumsi si ibu, kemudian bisa juga karena virus," ujar Syarifuddin saat dihubungi.
Syarifuddin mengungkapkan pesimistis terhadap kelangsungan hidup bayi tersebut.
Sebab, kelahiran bayi seperti juga pernah terjadi di luar negeri.
Rata-rata meninggal beberapa saat setelah dilahirkan.
"Ini kejadian yang ketujuh. Yang terakhir di Mesir dan meninggal beberapa jam kemudian. Kalau kata dokter bayi, bayi perempuan itu tidak akan bertahan lama hidup," ujar Syarifuddin.
Prediksi Syarifuddin terbukti, anak kelima dari pasangan Tatan dan Surianti itu meninggal dunia sekitar tujuh jam pascadilahirkan, tepatnya pada Kamis (12/9/2018) sekitar pukul 22.40 WIB.
"Kita sudah berupaya semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkata lain," kata Syarifuddin (nan/tribun-medan.com)