Sedangkan di RS Prima Medika Denpasar, biaya untuk program bayi tabung sebesar Rp 43 juta sampai Rp 56 juta untuk pasien dengan usia normal.
Rumah sakit yang satu ini diklaim sebagai yang terlaris dalam program bayi tabungnya saat ini.
"Kalau sebelumnya di Bros memang paling banyak yang ditangani. Tapi untuk sekarang di sini (Prima Medika)," kata pendiri klinik bayi tabung di RS Prima Medika, dr Ilyas Angsar SpOG.
Sementara di RS Puri Bunda Denpasar memberikan harga khusus untuk bayi tabung.
Rumah sakit yang baru mendirikan klinik bayi tabung tahun 2017 ini memberikan harga promo untuk program bayi tabung mulai dari Rp 37 juta untuk pasien berusia normal 20 hingga 35 tahun.
"Jadi di Puri Bunda kami berusaha menekan harga, namun dengan tidak mengurangi kualitas pelayanan," kata Kepala Klinik Bayi Tabung di RS Puri Bunda, dr AAN Anantasika, SpOG.
Meski terjadi perang tarif, empat klinik bayi tabung di Bali ini bersaing secara positif untuk memberikan pelayanan bayi tabung ke masyarakat.
PGD Dua Kali Lipat
Kepala Klinik Bayi Tabung di RS Sanglah dan RS Bros, dr Anom Suardika menambahkan, jika penanganan pasien dengan metode Preimplantation Genetic Diagnosis (PGD), maka biaya yang harus dikeluarkan bisa dua kali lipat dari harga normal.
Itulah sebabnya, sering kita dengar bahwa ada pasangan yang sampai mengeluarkan uang sampai ratusan juta untuk bayi tabung.
PGD adalah semacam metode yang digunakan untuk menjamin bayi yang lahir hasil bayi tabung tidak ada mengalami kelainan, dan cacat.
Baca: Geng Motor Serang dan Rampas Sepeda Motor Korbannya Sambil Teriak PXD
Itu sebabnya, diperlukan upaya-upaya lebih banyak, dan pengecekan-pengecekan yang lebih banyak pula.
"Nah biasanya yang memilih dengan PGD ini usianya sudah di atas 40 tahun. Dan sebagian besar memang yang mengikuti program bayi tabung adalah yang usianya di atas 40 tahun," jelas Suardika.
Cikal Bakal Klinik
Anom Suardika menuturkan, tahun 1996 RSUP Sanglah pernah melakukan survei terhadap angka infertilitas atau angka kesulitan hamil di Bali.
Hasilnya, waktu itu angka infertilitas untuk pasangan di Bali sebanyak 4,96 persen dari total jumlah penduduk Bali kala itu.