Banyak yang Gagal
Untuk menjadi Sokushinbutsu tidaklah mudah dan merupakan tugas yang sulit. Dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk menjadi Sokushinbutsu.
Ratusan bahkan ribuan biksu berusaha untuk menjadi Sokushinbutsu. Namun, pada abad 11 hingga abad 19, hanya 24 yang diketahui berhasil, sebagian besar di pegunungan Jepang utara.
Ketika ingin memulai praktik ini, para biksu harus menanggung penyiksaan diri selama 2.000 hingga 3.000 hari.
Selama seribu hari pertama, mereka harus melakukan pertapaan dan diet ketat yang disebut mokujikigyo atau makan pohon dengan mengonsumsi kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah beri.
Diet ini sangat penting untuk menghilangkan semua lemak pada tubuh. Asupan air juga akan dikurangi untuk mengeringkan tubuh dan membuat organ menyusut.
Setelah seribu hari "makan pohon", para biksu akan mulai minum teh beracun yang terbuat dari getah pohon Urushi. Biasanya, getah Urushi digunakan untuk pernis peralatan makan.
Dengan mengonsumsi teh tersebut maka tubuh akan mengandung racun, sehingga dagingnya tidak akan dimakan oleh belatung dan parasit lainnya.
Racun tersebut juga akan membuat biksu muntah dan kehilangan cairan tubuh lebih cepat.
Menghadapi Kematian
Ketika biksu merasa akan tiba waktunya untuk meninggal, ia akan mencari sebuah tempat untuk mengurung dirinya.
Tempat tersebut seperti kuburan dan biasanya di ruang bawah tanah dengan ukuran yang tidak cukup besar sehingga biksu harus berada dalam posisi duduk seperti sedang meditasi.
Dalam kuburannya akan dipasang sebuah tabung menggunakan bambu panjang yang berfungsi sebagai ventilasi udara agar biksu tetap dapat bernapas.
Selain itu, di dalamnya akan diletakan sebuah lonceng yang akan dibunyikan setiap hari yang menandakan bahwa dirinya masih hidup.