Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan wilayah terjadinya fenomena alam likuefaksi (tanah kehilangan daya ikat) akibat gempa bumi di Sulawesi Tengah tak boleh lagi ditinggali, sehingga warga harus direlokasi.
Wilayah tersebut meliputi Perumnas Balaroa, Desa Petobo, dan Jono Oge di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Baca: Rusa-rusa Berkeliaran di Jalan Pasca Gempa Susulan di Palu
"Ya itu harus tidak bisa lagi, secara keadaan secara ilmiah memang itu daerah zona merah tidak bisa dihentikan," kata Kalla yang ditemui di kantor Wapres RI, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (9/10/2018).
"Harus direlokasi dan lagi disiapkan, Gubernur (Sulteng)," ujar JK.
Lebih lanjut ia menuturkan, tempat terjadinya fenomena alam tersebut akan menjadi kuburan massal, di mana masa proses evakuasi akan berhenti dan diperkirakan masih ada 5.000 warga yang tertimbun.
"Kalau dihentikan ya dipasrahkan untuk dikuburkan di sana ya. Iya karena sudah tidak bisa lagi karena tanahnya labil sekali. Kalau alat beratnya tenggelam juga ya lebih banyak korban lagi," jelas Komandan Penanganan Dampak Bencana Sulawesi Tengah ini.
Baca: TKN Jokowi-Maruf Nilai Wajar Pertemuan Dengan ARB
Diketahui pula, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan tiga lokasi bencana likuefaksi akan ditutup bagi pemukiman penduduk, dan akan dijadikan makam massal serta dibangun monumen pengingat (memorial monument).
“Melalui rapat koordinasi yang dipimpin Gubernur Sulawesi Tengah pada Senin (8/10/2018) tiga lokasi itu akan ditutup bagi pemukiman dan diputuskan menjadi lahan terbuka hijau, makam massal hingga dibangun monumen pengingat atau “memorial monument” agar masyarakat Sulawesi Tengah di masa depan tahun pernah ada peristiwa bencana di sana,” ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Selasa (9/10/2018).