"Dia bisa ibu, bapak, kakak, dan teman korban. Ini sangat disayangkan karena mereka itu seharusnya melindungi bukan malah melakukan kekerasan," ujarnya.
Sementara, untuk di Provinsi Jawa Tengah, pada 2017 ada 2.441 kasus kekesaran perempuan dan anak. Namun, kebanyakan kasusnya yakni 1400 merupakan kasus kekerasan anak.
"Ada sembilan daerah yang kasus kekerasannya di atas 100 pertahun. Paling banyak Kota Semarang. Kalau Brebes juga masuk dalam kategori kasus di atas 100 pertahun," kata Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Tengah, Sri Winarna saat di Brebes.
Menurutnya, Provinsi Jateng masuk tiga besar angka kekerasan anak dan perempuan di Indonesia.
Meskipun tergolong tinggi, daerah juga memiliki respon yang bagus untuk meminimalisir dan menekan kekerasan perempuan dan anak. Serta mendampingi korban kekerasan hingga mendapatkan keadilan.
"Ada respon awal yang bagus, kasus segera dilaporkan dan melakukan pencegahan kekerasan perempuan dan anak. Kasus tinggi, namun responnnya juga bagus," ucapnya.
Brebes, kata dia, menjadi pilot project di Jateng skema baru terkait Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak.
Brebes memiliki kasus tinggi lantaran memiliki luas daerah dan penduduk yang banyak.
Selama Januari- September 2018, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3KB) Brebes mencatat ada 85 laporan kasus kekerasan pada perempuan dan anak.
Jumlah itu sama dengan jumlah kasus pada 2017 dengan rentang waktu yang sama yakni dari Januari- September 2017.(*)