"Revolusi hijau yang kami maksud ini adalah menanam untuk anak cucu kita. Karena biasanya kalau menanam untuk diri sendiri, mindset akan males. Tapi sebaliknya, apabila menanam tersebut untuk anak cucu kita, maka alangkah semangat," jelasnya.
Tidak hanya Revolusi Hijau, Paman Birin bahkan mengatakan seiring pelaksanaan momen HPS mendatang, ia juga berencana akan mem-booming-kan revolusi bahasa.
Apalagi di tengah zaman yang serba modern, sehingga kebutuhan komunikasi terutama bahasa asing sangat diperlukan bagi putra-putri Kalsel.
"Iya, jadi nanti akan ada kedutaan dari Inggris. Dan dia akan memberikan materi di sini," jelasnya.
Peringatan HPN dipusatkan di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Baritokuala (Batola), Kalsel, 16 Oktober 2018 mendatang.
Sedangkan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan RI, IR Pending Dadih Permana mengatakan Hari Pangan Sedunia merupakan tema Internasional Our Action, Our Future, sehingga apa tindakan saat ini menentukan masa depan.
"Sehingga zero hunger 2030 itu bukan hal yang tidak mungkin. Makanya kemudian Indonesia mengambil tema sesuai dengan potensi yang kita miliki," jelasnya.
Apalagi mengingat Indonesia adalah negara agraris dengan iklim yang sepanjang tahun bisa berbudidaya serta tidak dimiliki oleh negara-negara besar lainnya, dan hal tersebut merupakan kekuatan Indonesia.
Tidak hanya itu, berdasarkan data Litbang Kementerian Pertanian, potensi lahan Rawa Lebak pasang surut total sekitar 34 juta hektar, sekitar 9,3 juta itu punya potensi bisa ditempatkan sebagai basis budidaya padi.
"Nah, seperti yang gubernur bilang tadi mengingat olah alih fungsi lahan cukup tinggi, sehingga bila kita biarkan saja, maka kita pun akan kehilangan basis produksi," jelasnya.
Karena itu menurutnya dengan aksi dalam momentum Hari Pangan Sedunia tersebut ia ingin menggerakkan serta melakukan optimasi lahan rawa pasang surut tersebut sebagai basis produksi.
"Sebagai gambaran, semua lahan rawa kita disini existing kalau mereka berbudidaya tergantung pada alam pada saat air masih tinggi mereka nggak bisa tanah tunggu sampai surut. Ini bisa biasanya sampai enam hingga bulan," jelasnya.
Namun kini sebaliknya, dengan teknologi yang dikembangkan melalui Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal PSP ditugasi oleh Kementerian Pertanian, pihaknya mencoba mengendalikan dan mengatur tata air di daerah rawa dengan membuat folder dan kanal-kanal.
"Kanalnya itu akan menjadi long storied ya. Sedangkan foldernya ini sebagai pelindung pada saat air tinggi. Sehingga lahan pertanian yang ada di dalamnya, itu terkelola dengan baik," jelasnya. (banjarmasinpost.co.id/m rizky abdul ghanie)