Di tengah kehidupan masyarakat saat ini, begitu banyak masalah sosial. Sebut saja diantaranya, pergaulan bebas, peredaran narkoba, tawuran yang bukan lagi antar anak sekolah tapi juga antar warga dan kekerasan dalam rumah tangga. Kriminalitas dan tindak kejahatan lain juga semakin banyak jenisnya dan semakin sering terjadi.
Ada begitu banyak faktor yang menyebabkan semua hal itu muncul. Tetapi jika diurut ke hulunya, penyebab muncul dan berkembangnya masalah-masalah sosial adalah kondisi kehidupan banyak keluarga yang tidak harmonis. Banyaknya kasus perceraian missalnya, melahirkan banyaknya korban berupa anak-anak broken home. Mereka adalah anak-anak yang tumbuh cenderung dengan masalah-masalah ketidakmatangan emosional dan sosial.
Begitupun dengan rentannya kehidupan ekonomi keluarga. Kondisi itu akan melahirkan banyak problem di dalam kehidupan masyarakat. Tidak salah jika dikatakan, kehidupan keluarga-keluarga yang baik merupakan modal bagi terwujudnya masyarakat yang baik pula dan sebaliknya.
Berdasarkan pemahaman seperti itulah maka perbaikan kondisi kehidupan masyarakat perlu dimulai dengan memperbaiki kehidupan keluarga. Mengingat peran seorang ibu di rumah tangga sangat vital, maka perbaikan kehidupan rumah tangga dapat dilakukan dengan lebih memberdayakan para ibu rumah tangga.
Dalam kaitan itu sebetulnya selama ini telah banyak program pemerintah yang dimaksudkan untuk lebih memberdayakan para ibu rumah tangga. Tidak hanya terkait soal kesehatan anak dan keluarga, melainkan juga pemberdayaan ekonomi keluarga. Memang ada banyak aspek yang perlu diperkuat pada para ibu rumah tangga, supaya mereka bisa berperan lebih optimal untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang lebih baik.
Program Sekolah Ibu di Kota Bogor yang digagas oleh Ketua Tim PKK Kota Bogor, Yane Ardian, digerakan untuk meningkatkan kualitas, kapasitas dan kemampuan para ibu rumah tangga untuk dapat masalah-masalah keluarganya. Unik dan menariknya, karena Sekolah Ibu tidak hanya menyentuh aspek kesehatan dan kemampuan ekonomi keluarga, melainkan juga menyentuh aspek hubungan antar anggota keluarga. Antara istri dengan suami dan antara anak dengan orangtua.
Walikota Bogor, Bima Arya menilai, Sekolah Ibu adalah jawaban atas ikhtiar Kota Bogor mengatasi perubahan-perubahan nilai di kehidupan masyarakat akibat kemajuan zaman. Juga dari pengaruh negatif kemajuan teknologi dan pertambahan penduduk. “Ini ikhtiar kita untuk menjadikan Kota Bogor seagai kota bahagiaa, penuh cinta dan warganya sejahtera,” katanya ketika mewisuda 2.040 peserta Sekolah Ibu di IPB, awal Oktober lalu.
Menururut Yane Ardian, Sekolah Ibu dipersiapkan selama 2 tahun termasuk melakukan observasi terlebih dahulu di Kelurahan Babakan dan Kelurahan Katulampa. Ditargetkan Sekolah Ibu bisa terlaksana di setiap kelurahan. “Satu kelurahan memiliki 2 tutor sehingga dibutuhkan 136 pengejar di seluruh kelurahan,” ungkap Yane.
Peserta yang maksimal jumlahnya 30 orang per kelurahan, mendapatkan 20 materi yang disampaikan setiap hari Senin dan Kamis pada jam 13.00 sampai dengan 15.00. Peserta merupakan ibu-ibu yang sudah menikah atau pernah menikah. Sedangkan tutornya disyaratkan mereka yang sudah menikah minimal 5 tahun, mempunyai anak dan masih dalam ikatan pernikahan.
Syarat itu ditetapkan karena materi yang disampaikan, antara lain tentang parenting. Misalnya tatacara berkomunikasi antara istri dan suami atau antara orangtua dengan anak. “Materinya memang tentang hal-hal keseharian yang awalnya tidak terpikirkan oleh mereka,” kata Rosmanah salah seorang tutor.
“Saya diberi tahu, untuk menjaga keutuhan keluarga adalah tidak boleh membuka HP bapak, ibu, suami atau istri. Kita harus saling percaya,” ungkap Teti, salah seorang peserta. “Awalnya tetap ada kendala tetapi sejalan dengan waktu dan seijin suami, semua berjalan lancar karena anak dan suami menjadi paham karena kami mengedepankan bahasa kasih sayang,” lanjutnya.
“Saya sendiri bangga melihat perkembangan kaum ibu setelah mengkuti sekolah ini. Saya terharu ketika didatangi beberapa ibu yang mengaku tidak jadi bercerai setelah menerapkan apa yang didapat di Sekolah Ibu. Ada juga ibu yang mengaku bisa lebih berkomunikasi dengan anaknya tentang segala hal,” ungkap Yane.
Mengetahui manfaat yang sudah dirasakan peserta, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil berencana menerapkan Sekolah Ibu di Jawa Barat. “Sekolah Ibu salah satu contoh dari inovasi yang baik yang akan dicoba diterapkan di tahun 2019 dengan penyesuaian-penyesuaian,” kata Kang Emil. Melalui penyelenggaraan Sekolah Ibu, diharapkan kelak kualitas ibu-ibu rumah tangga di Jawa Barat memiliki standar kualitas pribadi yang lebih baik.
Di Sekolah Ibu, para ibu rumah tangga telah memperoleh peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang mengelola kehidupan rumah tangga yang harmonis. Dengan modal itulah diharapkan mereka bisa menjadi penggerak perubahan kehidupan masyarakat. Kehidupan yang senantiasa aman, damai, makmur dan sejahtera. (*)