News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bermodalkan Topi SD dan Semangat, Tukang Becak Ini Kuliahkan Tiga Anaknya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suparmo sedang menyahuhkan becaknya di Pelabuhan Sri Bintan Pura

"Selain sifat kita yang ramah, santun dan jujur, topi SD ini juga jadi pemikat hati para pelanggan," ujarnya polos.

Dari topi ini, banyak orang mengenal Suparmo. Bahkan banyak juga yang berasal dari luar kota. Kalau hendak memesan becak, mereka pasti mencari cari becak 'Pak Parmo topi SD'.

"Di pasar dan satu pelabuhan, orang sudah hafal," akunya sambil mengetik nomor pelanggan di telepon seluler yang sudah pecah, penuh tempelan isolasi dan ikatan karet getah.

Namun, tidak semua orang menaruh rasa simpatik pada lelaki tua ini. Dia juga berulang kali harus merasakan pahit, getir dan kerasnya bekerja di pelabuhan.

Kadang ketika ada pelanggan yang mencarinya, sesama tukang becak kerap mengatakan Suparmo sudah pulang. Padahal dia sendiri berada tidak jauh dari situ.

"Saya juga pernah salah menaruh barang pelanggan ke kapal lain. Saya harus ganti rugi," ujarnya seraya menggelengkan kepala.

Kendatipun demikian, Suparmo tetap menjalani pakerjaan dengan penuh rasa syukur. Dia biasanya dibayar Rp 30 ribu untuk sebungkus barang. Dia malah ikhlas dikasih berapa saja.

Dia tidak mematok harga. Kalaupun dibayar lebih, dia bersyukur; dikasih kurang juga dia tidak menggerutu.

Kasih ambil, tak dikasih sudah, nanti baru ditabung di sini," ujarnya sambil tersenyum menunjukkan plastik transparan pembungkus gula.

Plastik itu sudah beralih fungsi sebagai dompet. Ada sejumlah uang, KTP dan kertas-kertas catatan kecil nan lusuh ada di dalamnya.

Plastik inipun menjadi saksi bisu betapa kerja keras Suparmo telah berhasil menyekolahkan empat anaknya. Bahkan tiga di antaranya sudah menjadi sarjana.

Bersama istri dan anak-anaknya, Suparmo tinggal di jalan Cempedak Kelurahan Kampung Baru, Tanjungpinang. Meskipun hanya menjadi tukang becak dia berprinsip anak-anaknya kelak tidak boleh bernasib sama seperti dirinya.

Acapkali dia malu pada anak-anaknya yang mempunyai ayah tukang becak pelabuhan. Rasa malu itulah mendorongnya mati-matian menyekolahkan mereka menjadi sarjana.

Suparmo tahu betul menjadi tukang becak bukanlah sesuatu yang bisa dia banggakan. Anak-anak kerap menerima ejekan dari kawan-kawannya mengenai pekerjaan ayahnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini