Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna
TRIBUNNEWS.COM, ,BANDUNG - Banjir masih melanda kawasan Kabupaten Bandung meskipun upaya penanggulangan banjir sudah dilakukan jauh-jauh hari.
Di Kecamatan Baleenah misalnya, pembangunan foler air di Kampung Cieunteung, rupanya belum menyelesaikan masalah.
"Karena apa yang dilakukan tidak menjawab akar masalah yang sebenarnya terjadi. Harusnya fokus ke akar masalah, misalnya alih fungsi lahan, maka harus ada upaya pencegahan alih fungsi lahan," ujar Direktur Walhi Jabar, Dadan Ramdan di Bandung, Selasa (13/11/2018).
Ia tidak memungkiri pemerintah sudah berjibaku untuk mengantisipasi banjir dengan sejumlah program, salah satunya program Citarum Harum oleh pemerintah pusat.
"Karena daya perusakan lingkungan yang terjadi 10 kali lebih cepat dibanding upaya pemerintah memulihkan lingkungan. Misalnya, di sisi lain pemerintah gencar upaya perlindungan Sungai Citaru, tapi di sisi lain perizinan industri dan properti di kawasapan resapan air terus diberikan," ujarnya.
Baca: Memerdekakaan Sungai Citarum dari Sampah Bukan Hanya Tanggung Jawab Pemerintah
Akibatnya, upaya penanggulangan banjir tidak pernah selesai. Di tengah kondisi tersebut, program pemerintah menanggulangi banjir tidak sejalan dengan pembangunan manusia di sepanjang Sungai Citarum.
"Program Sungai Citarum orientasinya ke pembangunan infrastruktur fisik, seperti sodetan, kirmir, pembuatan embung-embung. Tapi satu hal penting, peran adab manusia terhadap lingkungan terabaikan," katanya.
Salah satunya, pemberdayaan masyarakat di hulu sungai. Menurutnya, banyak ketimpangan sosial di sekitar hulu sungai
"Jadi masalahnya terkait keberadaan tanah untuk petani di wilayah hulu tdk dijawab dengan program dan anggaran yang ada. Makanya penggarapan lahan konservasi terus berlangsung padahal warga bisa dialokasikan untuk garap kebun negara untuk bertani. Tapi kan saat ini tiak ada program yang mengarah ksana," ujar dia. (men)