TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Pernyataan Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno ketika kunjungan ke Pasar Ikan Peunayong Banda Aceh dibantah oleh Habibi, koordinator pendamping permodalan nelayan Aceh.
Habibi membantah bahwa Pasar Peunayong sepi seperti yang dinyatakan Sandi.
"Mungkin Pak Sandi datangnya siang hari, ditambah lagi hari ini adalah hari libur Maulid Nabi. Pasar Ikan Peunayong memiliki aktivitas yang ramai pada saat pagi dan malam hari," jelas Habibi dalam keterangannya, Selasa (20/11/2018).
Habibi juga menjelaskan bahwa Pasar Ikan Peunayong adalah pasar ikan yang sangat penting bagi nelayan Banda Aceh, sehingga dia khawatir pernyataan ini dapat berpengaruh negatif terhadap hasil penjualan ikan nelayan Banda Aceh.
Habibi yang telah menjadi pendamping permodalan nelayan Aceh sejak tahun 2016 juga memberikan klarifikasi terhadap adanya kesan sulitnya akses permodalan.
"Kami mendampingi nelayan termasuk pedagang ikan untuk mendapatkan akses kredit. Kegiatan pendampingan ini membantu untuk memitigasi risiko kegagalan kredit yang diberikan. Tentu kita tidak boleh sembarangan pula memberikan pinjaman modal kepada orang yang berkarakter buruk. Karena jika gagal, bisa menyulitkan nelayan lain dan berpengaruh terhadap keberhasilan program permodalan nelayan ini" jelas Habibi.
Baca: Tiba di Aceh, Sandiaga Langsung Ziarah ke Kuburan Massal Korban Tsunami di Siron
Habibi yang memiliki wilayah kerja pendampingan di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar ini telah berhasil mendampingi nelayan untuk memperoleh akses Kredit Usaha Rakyat lebih dari Rp 10 Miliar.
Sejak akhir tahun 2017, Habibi juga mendampingi pembiayaan mikro nelayan melalui Badan Layanan Umum (BLU) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) dengan target Rp 10 Miliar di akhir 2018.
"Saya memohon maaf kepada Pak Sandi jika kurang berkenan terhadap klarifikasi saya ini. Sebagai orang keuangan, Pak Sandi pasti sangat mengerti tentang arti pentingnya untuk selektif dalam pemberian kredit. Kami pendamping lebih mempelajari karakter orang calon debitur kami. Kami pendamping permodalan nelayan seluruh Indonesia berhati-hati, karena itulah di Aceh ini, tingkat NPL debitur yang kami dampingi masih nol persen" tutup Habibi.
Dihubungi secara terpisah, Direktur LPMUKP, Syarif Syahrial, menjelaskan pula bahwa sejak November 2017 telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 259 Miliar untuk 11.613 orang pelaku usaha kelautan dan perikanan dengan rata-rata pinjaman sebesar Rp 22,3 juta per pelaku usaha.
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo di Indramayu akhir Juni lalu, BLU LPMUKP mengenakan tingkat bunga sebesar 3 persen per tahun. LPMUKP juga melakukan pengembangan pembiayaan syariah.
"Kami bersyukur hingga saat ini debitur LPMUKP masih disiplin dan jauh dari asumsi kesan berisiko tinggi yang selama ini kami dengar dari lembaga keuangan. Tingkat NPL seluruh debitur LPMUKP masih nol persen. Tentu hal ini tidak terlepas dari desain kebijakan pinjaman yang berpendampingan untuk memitigasi risiko kegagalan kredit. Harapan kami, pasca program ini, debitur LPMUKP dapat mengakses kredit komersial yang berasal dari perbankan." tutup Syahrial.
Sebelumnya diberitakan Serambinews.com, Sandi menjumpai para pedagang dan mendengarkan keluh kesah mereka.
Sandi yang mengenakan kopiah khas Aceh berbincang-bincang dengan para pedagang. Sandi menanyakan beberapa hal termasuk soal harga dan daya jual selama ini.
“Kita melihat ekonomi di sini ada keluhan dan sepi. Para pedagang menginginkan modal, saya sudah bicara tadi,” kata Sandiaga saat diwawancarai awak media.
Dia mengatakan, hal itu harus diperhatikan dan koperasi pedagang harus direvitalisasi.
“Koperasi direvitalisasi. Saya bicara sama Bu Annisa (pedagang), di sini pedagang ikan perlu modal 10 juta rupaih,” katanya.
“Saya dengan Bang Don Muzakir (tim sukses) memastikan ada bantuan permodalan itu, karena salah satu cara meningkatkan ekonomi para pedagang yaitu mendapat akses permodalan yang selayaknya,” pungkas Sandiaga. (*)