News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pembantaian Pekerja di Papua

Siapa Egianus Kogoya? Jejak Rekam si Otak Pembantaian Pekerja di Nduga Papua

Editor: Suut Amdani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memantau langsung proses evakuasi jenazah di Bandara Mozes Kilangan Timika, Jumat (7/12/2018).

TRIBUNNEWS.COM - Adalah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya yang bertanggung jawab atas pembantaian pekerja di Papua.

Siapa Egianus Kogoya pemimpin KKB di Papua, si otak pembantaian pekerja di Nduga Papua?

Kasus penembakan oleh kelompok bersenjata di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua setidaknya mengakibatkan 19 pekerja PT Istaka Karya meninggal.

Jumlah korban bisa jadi bertambah karena belum bisa dipastikan.

Dilansir Tribun Video dari BBC, para pekerja tersebut sedang merampungkan pembangunan Jembatan Kali Aroak dan Jembatan Kali Yigi.

Baca: Emanuel Bano Disebut Pernah Tidur di Rumah Anggota OPM Sebelum Jadi Korban Pembantaian di Papua

Pihak Aparat menuding bahwa otak dari penyerangan ini dipimpin oleh Egianus Kogoya, yakni pimpinan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tersebut.

Sidney Jones, seorang pengamat terorisme, menyebutkan, kelompok Egianus Kogoya merupakan sindikat dari Kelly Kwalik, komandan dari sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang tewas dalam penyergapan polisi pada 2009 silam.

Sidney mengatakan bahwa Egianus dan anak buahnya dikenal lebih militan dan mayoritas masih muda.

Mereka pernah membuat keributan pada Juli lalu saat mencegah pelaksanaan pemilu.

"Biasanya OPM ini terdiri dari faksi-faksi. Di Nduga, satu faksi yang berkuasa dan sempalan dari Kelly Kwalik yang dulu bergerak di Timika. Tapi orang-orang ini muda dan lebih militan," ujar Sidney Jones kepada BBC News Indonesia.

Sementara itu, Kapendam XVII Cendrawasih Muhammad Aidi menyebut, jumlah anggota kelompok Egianus sebanyak 50 orang. 

Menurut Aidi, mereka memiliki senjata lengkap berstandar militer.

Pembangunan jalan Trans Papua menjadi pengusik mereka lantaran selama ini Pegunungan Tengah dikenal sebagai markas OPM.

"Dengan adanya jalan Trans Papua, mulailah daerah ini terbuka dari isolasi. Terbukanya jalan, mereka (kelompok OPM) merasa terusik. Sebab otomatis TNI dan Polisi bergerak mendekati arah mereka," ujar Muhammad Aidi.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini