"Ketika saya minta pass dan saya buka ternyata nilainya sudah berubah," kata dia.
Ternyata setelah diselidiki perubahan nilai tersebut dilakukan oleh seorang tenaga honorer.
Belakangan diketahui, dalang kasus tersebut diduga seorang pejabat teras di Unsrat.
"Ada seorang pejabat teras yang menelepon staf tersebut, ini saya tidak duga," kata dia.
Ia pun menduga ada sindikat jual beli nilai di Unsrat dan kejadian itu sudah terjadi berkali-kali.
Langkah selanjutnya ia mengirimkan surat keberatan ke Dekan atas masalah tersebut.
Wulur mengaku mengalami tekanan akibat sikap kritisnya itu.
Baca: Caleg dari PAN se-Sumsel Kena Imbas Sejak 25 Kadernya Deklarasi Dukungan terhadap Jokowi-Maruf
"Mereka protes dengan postingan saya di medsos, padahal saya hanya membeber kasus itu tanpa menyebut pihak pihak yang terlibat, saya ditelepon, kemudian di SMS, seolah-olah saya bersalah," kata dia.
Wulur mengatakan maksudnya membeberkan kasus tersebut karena kecintaannya pada Unsrat.
Ia tak mau universitas yang sudah meraih akreditasi A dirusak reputasinya oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Saya mau citra kampus ini lebih baik, jangan dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," kata dia.
Menurut Wullur, jual beli nilai tersebut punya akibat yang merusak dunia pendidikan.
"Prihatin karena justru terjadi di mata kuliah perpajakan dimana perlu kejujuran, saya duga disini ada unsur gratifikasi, penyalahgunaan jabatan serta korupsi," katanya.
Artikel ini telah tayang di Tribunmanado.co.id dengan judul Dugaan Jual Beli Nilai di Unsrat, Dekan FISIP Periksa Lima Mahasiswa