"Insya Allah, yang penting masih dikasih umur. Kalau kuat, mudah-mudahan masih kuat," katanya.
Tangannya yang penuh urat, terus mengepal dan bergemetar ketika menceritakan kejadian tsunami, tiga hari lalu.
Saat itu, dia sama sekali tidak ada pilihan untuk menyelamatkan diri.
Dalam pikirannya, ia hanya perlu berlari sejauh mungkin sembari menggendong cucunya.
"Pokoknya harus jauh dan tinggi," ucapnya seraya mengangkat tangannya yang terkepal.
Tidak banyak yang ia harapkan.
Dia mengatakan akan tetap berada di bukit sampai ada jaminan air laut tidak lagi memporak-porandakan rumahnya.
"Nanti lah. Kalau sudah benar-benar aman," imbuh dia. (Tribunnews/Amriyono)