TRIBUNNEWS.COM - Warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah sedang diresahkan oleh keberadaan tawon ndas yang telah menewaskan tujuh orang.
Meski banyak yang belum mengenal jenis tawon ini, Hari Nugroho selaku pakar ilmu serangga LIPI menegaskan tawon ndas bukan jenis baru atau tawon asing yang masuk ke Indonesia.
Malah, serangga yang bernama ilmiah Vespa affinis ini telah tersebar di Asia tropis, termasuk Indonesia.
“Jadi bukan jenis asing atau invasif yang masuk di Indonesia, tetapi sejak dulu ada di Indonesia,” katanya dilansir Kompas.com, Jumat (11/1/2019).
Tawon ini bisa ditemukan di banyak tempat, mulai dari kawasan dan tepian hutan, di tebing-tebing hingga sekitar pemukiman warga yang tingginya kurang dari 500 meter di atas permukaan air laut atau dataran rendah.
Untungnya, V affinis bisa dengan mudah dikenali berkat ukurannya yang agak besar, yaitu panjang sekitar tiga sentimeter, tubuh yang berwarna hitam dan gelang berwarna kuning atau oranye di perut.
Mengapa Klaten?
Anda mungkin bertanya-tanya: Bila bisa ditemukan di mana-mana, mengapa kasus penyerangan tawon ndas terhadap manusia begitu masif di Klaten?
Hari berkat, pengaruhnya ada macam-macam.
Meski demikian, ia tidak percaya ini merupakan akibat dari ledakan populasi tawon ndas.
“Saya tidak mau menyimpulkan demikian karena sudah sejak lama tawon ini ada di mana-mana, dan tidak aneh jika dia bersarang di seputaran pemukiman,” katanya.
Lagipula, serangan tawon ndas juga tidak hanya dilaporkan di Klaten saja.
Hari menuturkan keberadaan sarang tawon ndas juga sudah dilaporkan di Solo, Sukoharjo, Boyolali, dan juga Sragen.
Namun, hasil pemetaan sarang tawon yang dilakukan oleh Hari menunjukkan hewan ini telah melingkupi seluruh dataran rendah Klaten, khususnya Klaten timur.