Wajah yang akrab di matanya hanyalah keluarga majikan. Ia bisa memandang mata banyak orang jika diajak sang majikan keluar.
Ponirah pun dilarang memegang alat komunikasi (handphone) dengan alasan efektivitas kerja.
Dengan kondisi demikian, wajar Ponirah nyaris tak punya kenalan.
Ia bahkan harus meminjam handphone majikan jika ingin menghubungi keluarganya di Indonesia.
Ini pula yang menyulitkannya memperoleh bantuan jika sedang mengalami masalah.
Keluarga di kampung pun kebingungan karena sulit bertukar kabar.
Tapi keinginannya pulang tahun 2018 ini sudah tak tertahan.
Beruntung, majikannya bertetangga dengan orang yang kebetulan juga memperkerjakan Buruh Migran Indonesia (BMI).
Meski rumah bersebelahan, ia tak leluasa berkomunikasi dengan teman barunya itu.
Sudut-sudut rumah majikannya dilengkapi CCTV hingga membuatnya tak bebas bergerak.
Hingga ia inisiatif membuat surat. Di situ tertulis nama dan alamat lengkap orang tuanya di Desa Gumiwang, Purwanegara Banjarnegara.
Ia lalu melemparkannya keluar rumah agar diambil temannya.
Surat itu seperti mengisyaratkan, ia begitu merindu orang tua dan berharap pulang.
Potongan surat itu diunggah di media sosial hingga viral. Kisah pilunya seketika jadi bahan perbincangan di media sosial.
Baca: Prostitusi Online di Madiun Terungkap, Ini Tarif dan Pembagian Penghasilan PSK dan Muncikarinya