Karena itu, ia berharap semua pihak bahu membahu untuk mempersempit ruang gerak praktik prostitusi online di wilayah setempat. Tidak hanya polisi, pemerintahan dan masyarakat turut aktif.
"Kita ada tim patroli cyber tersendiri. Mulai dari FB, Twitter, atau WeChat. Memang, saat ini karena perhelatan politik, jadi kita patroli terkait ujaran kebencian, hoaks, atau black campaign. Tapi tetap, soal pidum atau kejahatan cyber tentu kita awasi," bebernya, Minggu (13/1/2019).
Tarif Rp 600 Ribu
Sementara H, pada wawancara beberapa waktu lalu dengan Tribun memaparkan, telah menjalankan bisnis esek-esek tersebut kurang lebih dua tahun.
Dirinya mengaku mendapatkan keuntungan Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per orang.
Tarif satu wanita yang ia tawarkan ke lelaki hidung belang sebesar Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu.
Ia juga mengaku sudah memiliki enam anak didik yang sering ia tawarkan kepada para pelanggan.
"Kalau yang saya tawarkan ke pelanggan sudah pernah dipakai sama dia, ya saya cari lain dengan minta sama kawan. Nanti kawan kasih stoknya. Ya macam-macam. Ada yang minta pelajar ada juga mahasiswa," katanya.
Baca: Satu Lagi Artis Terjerat Narkoba, Polda Metro Jaya Amankan Satu Personil Duo Molek
H juga membeberkan, pelanggan yang kerap menggunakan jasanya mulai dari remaja hingga pejabat pemerintah daerah.
Ketika ditanyakan siapa pejabat yang kerap meminta jasanya, ia hanya menyebut dua nama kabupaten di Lampung. "Pejabat ada, tapi dari luar," terangnya.
Pengakuan serupa juga disampaikan LR. Ia bertugas sebagai pencari wanita yang mau diajak esek-esek.
Tak jarang, bahkan dirinya juga kerap turun langsung untuk memuaskan nafsu para hidung belang.
"Kan mereka butuh, saya cuma bantu. Mereka butuh pemuas, saya butuh uang," kata dia.
Lolos Jerat Hukum